Kades Golo Lujang Minta Warga Kumpulkan Dana Dalam Rangka Kunker Bupati Edi Endi

Kades Golo Lujang Minta Warga Kumpulkan Dana Dalam Rangka Kunker Bupati Edi Endi
Foto Ilustrasi. Net

Labuan Bajo, Okebajo.com – Desa Golo Lujang di Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, tengah menjadi sorotan tajam setelah rencana kunjungan Bupati Edistasius Endi memicu gelombang protes dan kontroversi.

Kehebohan ini dipicu oleh permintaan kepala desa yang mengharuskan warga mengumpulkan uang untuk menyambut kedatangan sang bupati, sebuah langkah yang menimbulkan berbagai reaksi keras dari masyarakat.

Langkah kepala desa untuk mengumpulkan dana dari warga guna menyambut Bupati Edistasius Endi menciptakan badai kritik dan dukungan.

“Memang rapat di desa kemarin terkait kunjungan kerja bupati untuk di desa Golo Lujang. Kehadiran bupati kami tidak tau pasti, untuk menyala serentak listrik atau peningkatan status jalan atau apa lainnya, kami tidak tau”, ungkap Floridus Soliman Pance, Ketua BPD Golo Lujang, Senin (5/8) siang.

Floridus mengkonfirmasi bahwa kepala desa memang meminta warga untuk mengumpulkan uang.

“Betul, kami dapat informasi itu dibebankan kepada masyarakat kalau secara simpatisannya. Besaran beban per kepala keluarganya belum dibicarakan. Sifatnya tidak ada pemaksaan, hematnya ini upaya niat membangun desa,” jelasnya.

Namun, beberapa warga dengan tegas menolak permintaan ini. Leonardus Ludung, Tua Golo Ka’ung, menyuarakan ketidaksetujuannya dengan keras.

“Tuun hitu, tapi te ma realisasi lami ndo. Te ma tiban. Informasi hitu lewat kepala jaong na, tapi toe manga imbin lami. Memang le desa tanggungjawab na, tapi jaong na harus manga ngeng de weki kopen na. Kumpul seberapa adanya,” kata Leonardus Ludung, Tua Golo Ka’ung, dalam dialek setempat.

Ia menilai bahwa pengumpulan uang ini tidak seharusnya menjadi beban bagi masyarakat.

“Memang eme jaong dihe ta, ngoe gami toe taa. Eme niak ta kunjungan kat bupati itu one kantor desa. Apeh kole setegin deeh naa. Soe tara setegi one masyarakat tee tiban na,” katanya dalam dialek setempat, menggambarkan bahwa beban ini tak masuk akal dan tak seharusnya ditanggung oleh warga.

Kontroversi ini memunculkan berbagai pertanyaan kritis. Mengapa kepala desa mengambil inisiatif yang membebani warganya? Apakah pengumpulan dana ini benar-benar diperlukan atau hanya cerminan dari kurangnya pengelolaan anggaran yang efektif di tingkat pemerintah daerah?

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya menuding permintaan kepala desa ini sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang.

“Semua kegiatan pemerintahan itu ditanggung maupun difasilitasi oleh negara. Disini terlihat ada pendobelan biaya. Beda hal kegiatan yang konsepkan oleh masyarakat sendiri, ini konsep negara punya. Ini tidak benar,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Golo Lujang, Yohanes Sofiani, tidak menampik terkait meminta sumbangan ke warga untuk mempersiapkan kunjungan Bupati Edistasius Endi.

Ia mengklaim upaya itu bagian dari inisiatif pribadi (kepala desa) selaku tuan rumah dan tidak dipaksakan.

“Kalau itu betul itu, hitu ga tegi bantuan gaku, saya sebagai tuan rumah yang baik, itu istilahnya kan tidak dipaksakan harus, bukan dari Bupati, itu inisiatif saya, kan saya yang menjadi tuan rumahnya kunjungan itu,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya Senin sore.

Yohanes menjelaskan bahwa tidak ada anggaran khusus di APBDES untuk kunjungan bupati, sehingga ia berinisiatif meminta bantuan.

“Sehingga saya berinisiatif. Kalau sebagai tuan rumah yang baik ya harus melayani dengan baik juga, akhirnya saya minta bantuan. Tapi belum ada yang terkumpul sampai sekarang. Itu juga tidak dipaksakan, saya hanya kasih batas waktu kemarin sampai hari Jumat, kalau sudah lewat dari hari Jumat ya saya harus sampaikan sudah, tinggal itu caranya saya menyelesaikannya seperti apa,” jelasnya.

Bahkan dirinya menyebut meminta uang kepada warga untuk mengetahui sejauh mana kepedulian masyarakat terhadap pemerintah.

“Saya juga mau tau, karena selama ini kan begini semua administrasi di desa itu saya kasih gratiskan, tidak pernah biaya. Saya mau tau seperti apa tanggapan masyarakat ketika desa itu meminta bantuan kepada masyarakat,” tambahnya.

Ketika ditanya terkait kenapa harus dibebankan kepada masyarakat desa ketika ada kunjungan bupati, ia menyebut hal itu atas inisiatifnya sendiri.

“Tidak dibebankan kepada desa, tidak seperti itu, hanya memang ini rencana kunjungan. Inisiatif gaku sebagai kepala desa. Tentu aku sebagai kepala desa ho ome mai hia diang terlepas seperti apa dia punya inikan kita tidak tau, baru rencana sebagai tuan rumah yang baik saya harus mempersiapkan diri dengan baik,” imbuhnya.

Exit mobile version