Labuan Bajo, Okebajo.com – Di balik keindahan alam Mbeliling yang membentang di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah perjuangan senyap untuk menyelamatkan salah satu predator langit yang semakin langka: Elang Flores (Nisaetus floris). Spesies raptor endemik ini menghadapi ancaman serius akibat perburuan, hilangnya habitat, dan konflik dengan manusia.
Untuk menjawab tantangan ini, organisasi lingkungan Raptor Conservation Society (RCS) menggelar Pelatihan Raptor dan Upaya Konservasi Elang Flores di Desa Wisata Wae Lolos, Senin kemarin. Pelatihan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan pemerintah desa, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Manggarai Barat, Balai KSDA Resort Manggarai Barat, tokoh masyarakat, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), serta aktivis lingkungan dari LSM Burung Indonesia.
Bentang Alam Mbeliling adalah salah satu habitat tersisa bagi Elang Flores. Hutan yang masih terjaga di kawasan ini menjadi tempat berburu dan berkembang biak bagi spesies ini, serta berbagai burung lainnya. Namun, habitat ini terus menyusut akibat pembukaan lahan, perburuan ilegal, dan penggunaan pestisida yang meracuni rantai makanan.
Usep, perwakilan dari RCS, mengungkapkan bahwa populasi Elang Flores di seluruh Nusa Tenggara kini diperkirakan hanya sekitar 300 ekor atau 150 pasang. Burung ini bersifat monogami dan hanya bertelur satu butir setiap dua tahun, itu pun dengan kemungkinan besar anaknya tidak bertahan hidup hingga dewasa.
“Elang Flores menghadapi tantangan besar. Jika kita tidak segera bertindak, kita mungkin akan kehilangan spesies ini selamanya,” ujar Usep.
Tantangan Konservasi: Perburuan dan Hilangnya Habitat
Penyebab utama menurunnya populasi Elang Flores adalah hilangnya habitat. Banyak spesies raptor, termasuk Elang Flores, bergantung pada hutan primer yang semakin tergerus oleh ekspansi lahan pertanian dan permukiman. Selain itu, beberapa individu ditangkap untuk diperjualbelikan secara ilegal di pasar burung besar.
“Raptor masih sering dijual secara ilegal, baik untuk koleksi pribadi maupun pelepasliaran yang tidak bertanggung jawab,” tambah Usep.
Masalah lain yang mengancam kelestarian burung ini adalah penggunaan pestisida dan racun yang meracuni rantai makanan mereka. Banyak petani menggunakan bahan kimia untuk membasmi hama yang sebenarnya merupakan mangsa alami raptor, sehingga burung pemangsa seperti Elang Flores juga ikut terdampak.
Pelatihan yang digelar di Wae Lolos tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga pada aksi nyata. Para peserta diajarkan cara mengenali berbagai jenis raptor, memahami perilaku Elang Flores, serta mengetahui cara melindungi habitat mereka.
Tiburtius Hani dari LSM Burung Indonesia menekankan bahwa upaya perlindungan harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari tingkat individu hingga ekosistem. Strategi yang diterapkan mencakup:
Pertama; kesepakatan bersama antara masyarakat dan pihak berwenang dalam menjaga habitat. Kedua; pemantauan dan patroli rutin untuk mencegah perburuan ilegal. Ketiga; pengembangan ekowisata berbasis pengamatan burung, yang tidak hanya melindungi spesies tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Keempat; penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelaku perburuan dan perdagangan ilegal. Kelima; pendidikan dan sosialisasi tentang pentingnya burung bagi ekosistem.
“Burung bukan hanya bagian dari alam, tetapi juga penjaga keseimbangan ekosistem. Mereka membantu mengendalikan hama pertanian, menyebarkan benih, hingga menginspirasi ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan,” kata Tiburtius.
Dengan luas sekitar 24.000 hektare, kawasan hutan Mbeliling merupakan salah satu wilayah konservasi terbesar di Manggarai Barat. Hasan, perwakilan dari KPH Mabar, berharap semua pihak bisa bersinergi dalam menjaga ekosistem ini.
“Konservasi tidak hanya soal melindungi burung, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.
Upaya konservasi Elang Flores tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Diperlukan kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah, akademisi, LSM, hingga sektor swasta untuk memastikan bahwa predator langit ini tetap menguasai langit Flores di masa depan.
Elang Flores adalah simbol kekuatan dan keindahan alam Nusa Tenggara Timur. Dengan kesadaran dan aksi nyata, kita bisa memastikan bahwa generasi mendatang masih dapat menyaksikan elang megah ini membumbung tinggi di langit Mbeliling. Karena jika mereka lenyap, kita tidak hanya kehilangan satu spesies, tetapi juga bagian dari warisan alam yang tak ternilai harganya. **