Borong, Okebajo.com – “Sebagai kepala sekolah tentunya banyak urusan dinas yang semestinya saya tidak harus ke sekolah, kadang saya harus ke tingkat kecamatan, ke tingkat gugus dan bahkan Kabupaten sehingga terkesan bahwa saya tidak ke sekolah. Sebenarnya tugas kami sebagai kepala sekolah bukan hanya kepala sekolah saja”.
Demikian dikatakan Arnoldus Nabur, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inahasa di Hedok, Desa Satar Punda Barat, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pengakuannya itu kemudian memicu reaksi orangtua siswa. Menurut orangtua siswa, apa yang dikatakan Arnoldus terlalu mengada-ada, sebab sangat tidak masuk akal sehat mereka.
“Sejak jadi kepala sekolah jarang sekali dia masuk sekolah. Lalu, dia katakan bahwa Dia jarang masuk sekolah karena ada banyak urusan dinas. Itu alasan tidak masuk akal karena masa selama dia jadi kepala sekolah dia selalu berurusan dengan dinas?”, ujar salah satu orangtua siswa yang enggan disebutkan namanya kepada Okebajo.com di Ruteng, belum lama ini.
Orangtua siswa lalu membeberkan hasil pengamatan mereka soal sikap Arnoldus yang dinilai tidak disiplin usai diangkat menjabat sebagai kepala sekolah itu.
Mereka menyebut jika Arnoldus sudah tak tampak hadir di sekolah sejak akhir Oktober 2022 lalu. Karena itu, para orangtua menantang Arnoldus untuk membahas hal itu secara langsung jika saja Arnoldus muncul di sekolah.
“Ada sebagian dari kami ingin membahas pernyataannya secara langsung dengan dia (Arnoldus,red) kalau dia datang (sekolah,red). Dia bukan satu-satunya kepala sekolah. Kenapa kepala sekolah yang lain selalu hadir di sekolah? Sepengetahuan orang tua murid, dia hadir terakhir kali 28 Oktober 2022, bertepatan dengan meninggal dunia dari salah satu murid”, beber orangtua siswa tersebut disambung orangtua siswa lainnya.
Buntut reaksi para orangtua ini bermula ketika dana bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) sejumlah siswa di sekolah itu urung disalurkan Arnoldus selaku kepala sekolah.
Selain mempertanyakan sikap kepsek Arnoldus, para orangtua siswa juga menduga jika Arnoldus sengaja tidak mencairkan uang itu ke bank, ataukah uangnya sudah dicairkan namun tidak diberikan kepada siswa penerima bantuan.
Dasar dugaan yang disampaikan para orangtua siswa jelas, sebab buku rekening bantuan PIP dari sedikitnya berjumlah 11 orang siswa sasaran hingga kini masih dipegang oleh kepala sekolah itu sendiri, padahal siswa tersebut saat ini sudah duduk di bangku SMP.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto, ikut menanggapi persoalan yang diadukan para orangtua siswa sekolah itu.
Teto mengaku secepatnya akan mengunjungi sekolah tersebut guna memastikan kebenaran informasi soal bantuan dana PIP dan ketidakhadiran Arnoldus di sekolah itu.
“Terima kasih informasinya. Kami akan segera turun lapangan”, cetus Kadis Basilius.