Labuan Bajo | Okebajo.com | Kisah penuh intrik dan perubahan mendalam dari seorang kepala desa yang dikenal religius menjadi terjerat dalam kasus pungutan liar (pungli) telah mengguncang kecamatan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kades Ahmad Radit, yang pernah dihormati karena kesederhanaan dan ketakwaannya, tiba-tiba berada dalam sorotan publik setelah ditangkap basah dalam operasi tangkap tangan oleh Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polres Manggarai Barat pada tanggal 4 Juli 2023 lalu.
Sorotan tajam dan pertanyaan yang menggantung di udara selama 36 hari terakhir ini mengungkapkan perubahan dramatis dalam kepemimpinan Radit.
Kehati-hatian dan cermatnya kepolisian setempat juga ikut dipertanyakan, karena status hukum Radit masih belum jelas dan berita mengenai penangguhan penahanannya masih terbungkam.
Namun, di balik kabut ketidakpastian, sebuah gambaran yang mencengangkan mengenai kepala desa ini mulai terkuak.
Radit dulunya dikenal sebagai pribadi yang taat beragama dan menjalani hidup dengan sederhana, kini menjadi sosok yang terlibat dalam skandal yang merusak reputasinya dan citra kepemimpinan.
Perubahan dalam perilaku Radit setelah menjadi kepala desa ternyata sangat mencolok.
Seorang warga Desa Golo Bilas yang menolak namanya disebutkan menggambarkan perubahan itu sebagai pergeseran yang mengagetkan setelah Radit resmi menjabat.
“Dulu kami tidak pernah membayangkan Radit akan berubah sejauh ini. Transformasinya sungguh mencolok setelah dia menjabat kepala desa,” ujar sumber tersebut kepada Okebajo.com, Selasa (8/8/2023).
Namun, lebih dari sekadar perubahan kepribadian, kisah ini juga membuka sisi gelap yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Seorang kepala desa yang sebelumnya dihormati sebagai pribadi yang menjalani hidup religius tiba-tiba terjebak dalam praktik pungutan liar yang mengejutkan masyarakat.
“Radit adalah seorang yang religius menurut yang kami tahu. Dia tidak merokok atau minum alkohol. Tetapi bagaimana bisa semua ini terjadi?” tanya seorang warga dengan kebingungan yang tajam.
Lebih dari itu, sumber tersebut juga mengungkapkan sisi sombong dan angkuh yang muncul seiring dengan kepemimpinan Radit.
“Sebelum menjadi kepala desa, dia adalah orang yang biasa saja. Namun begitu menjabat, sikapnya berubah menjadi sombong dan angkuh. Ini adalah perubahan yang mencolok,” ucapnya.
Detail yang lebih dalam terkuak ketika sumber tersebut membongkar fakta tentang ruang kerja Radit.
“Kantor desa mengalami perubahan besar sejak kepemimpinan Radit. Perbedaan tersebut tampak jelas di ruang kerjanya. Ruang kerja Kades Radit diisi dengan fasilitas mewah seperti kulkas, kipas angin, papan nama ukiran, dan berbagai barang lainnya. Sementara itu, ruang kerja staf lain terlihat lebih sederhana,” ungkapnya. ***