Flores Timur, Okebajo.com – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), dr. Maria Stevi Harman, hadir membawa bantuan kemanusiaan bagi masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur pada Rabu (6/11/2024). Bantuan ini tidak hanya berbentuk dana santunan tetapi juga mencakup kebutuhan dasar untuk para pengungsi yang tersebar di Desa Bokang, Konga, dan Leowolaga.
Sebagai senator dari Daerah Pemilihan Nusa Tenggara Timur, Stevi menyampaikan harapan besar bahwa bantuan tersebut bisa sedikit meringankan beban para korban bencana yang kini harus hidup di tenda-tenda pengungsian.
“Semoga bantuan ini bisa sedikit membantu saudara-saudara kita yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi,” ujarnya dengan penuh empati.
Tidak hanya menyerahkan bantuan, Stevi juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut bersama-sama mengulurkan tangan membantu para korban. Ia menekankan pentingnya solidaritas kemanusiaan di tengah bencana seperti ini.
“Kita harus bergandengan tangan membantu saudara-saudara kita, khususnya mereka yang saat ini ada di pengungsian. Ini saatnya kita mengambil bagian dalam meringankan penderitaan mereka,” tambahnya.
Tragedi erupsi Gunung Lewotobi menyadarkan banyak pihak akan pentingnya pemetaan ulang terhadap skema mitigasi bencana di daerah rawan. Dalam pernyataannya, Stevi juga menyoroti perlunya peningkatan teknologi deteksi dini sebagai langkah mitigasi risiko yang lebih efektif. Ia mendorong optimalisasi penggunaan alat deteksi modern guna memantau tanda-tanda awal aktivitas gunung berapi.
Menurut Stevi, keberadaan sistem peringatan dini yang cepat dan akurat menjadi kunci dalam memberikan waktu bagi masyarakat untuk mengungsi sebelum bencana terjadi.
Selain itu, ia menekankan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai potensi bahaya dan cara-cara evakuasi yang aman agar mereka lebih siap menghadapi situasi darurat di masa mendatang.
Gunung Lewotobi Laki-Laki yang berlokasi di Kabupaten Flores Timur mengalami erupsi hebat pada 3 November pukul 23.57 WITA. Akibatnya, status gunung tersebut dinaikkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Siaga ke Awas, level tertinggi yang memerlukan tindakan evakuasi. Ribuan warga di sekitar wilayah tersebut terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Data terbaru mencatat setidaknya 14 desa terdampak langsung oleh erupsi ini, dengan jumlah penduduk yang terkena dampak mencapai 10.295 jiwa. Erupsi ini pun merenggut sepuluh nyawa, termasuk satu keluarga dengan enam anggota yang tertindih reruntuhan bangunan. Di antara korban, terdapat Suster Nikoline Padjo, SSps, seorang biarawati Katolik yang dikenal luas di komunitasnya.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur telah menetapkan status tanggap darurat selama 58 hari, mulai dari 4 November hingga 31 Desember 2024. Masa ini diharapkan mampu memberi waktu bagi tim penyelamat, relawan, dan berbagai pihak untuk menyalurkan bantuan dan melakukan pemulihan bagi para korban bencana.