Launching Desa Wisata Wujud Keseriusan Pemkab Mabar Mandirikan Masyarakat Lokal

Avatar photo

Labuan Bajo | Okebajo.com | Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan menggelar acara peluncuran (launching) Desa Wisata Wae Lolos di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 18 Desember 2024.

Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Stefanus Jemsefori menegaskan status Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas tidak hanya kawasan Taman Nasional Komodo dan perairannya. Lebih dari itu, pemkab Mabar berkomitmen serius untuk mengelola pariwisata daratan yang ada di desa-desa wisata yang memiliki kekayaan alam, budaya dan kesenian tradisionalnya demi kemandirian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

“Kami pemerintah daerah didukung oleh para stakeholders dengan perannya masing masing punya cita cita agar status DSP yang disandang Manggarai Barat hari ini tidak hanya soal TNK, tidak hanya soal diving dan snorkeling atau menyaksikan keindahan wilayah perairannya. Kami juga berkomitmen serius untuk kemandirian desa wisata yang memiliki potensi wisata budaya dan kesenian tradisional”, tandas Stefan.

Sebagai bentuk dukungan dan support pemerintah daerah, Disparekrafbud tahun 2024 melaksanakan program inovasi, yakni Fasilitasi Masyarakat Desa Wisata (Fasmadewi) di dua desa wisata dari 94 desa wisata yang tersebar di Kabupaten Manggarai Barat. Menurut Stefan menjelaskan tujuan program Fasmadewi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di desa wisata sehingga dapat memberikan pengalaman wisata yang berkualitas bagi wisatawan.

“Perlu kita ketahui bersama bahwa jumlah desa wisata yang ada di Manggarai Barat ini sebanyak 94 desa wisata. Tetapi desa yang kami pilih untuk program Fasmadewi tahun ini hanya dua Desa, yaitu Wae Lolos dan Desa Siru “, kata Stefan.

Ia mengatakan, penentuan dua wisata tersebut untuk sasaran program Fasmadewi bukan karena kedekatan relasi atau vested interest melainkan punya dasar, yaitu dukungan semangat dari masyarakat (bottom up).

“Kami melihat di Wae Lolos ini, masyarakat dan pemerintah desanya semangat. Profisiat dan apresiasi kepada pak Robert Perkasa selaku Ketua Pokdarwis dan pak Albert yang luar bisa mengemas promosi dan marketingnya melalui media sosial. Jauh sebelum ada sentuhan dari pemerintah daerah, sentuhan dari Dirparekrafbud, pak Robert dkk ini sudah melakukan promosi marketing secara massif melalui medsos. Wae lolos ini sudah dikenal hingga dunia internasional. Ini terbukti dengan data kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Wae Lolos tahun 2024 ini sebanyak 11.000 orang. Luar biasa Wae Lolos ini”, ujar Stefan.

Dengan semangat demikian, kata Stefan, pemerintah daerah sungguh menyadari bahwa Disparekrafbud Mabar tidak bisa bekerja sendiri dalam upaya mengelola desa wisata ini. Pihakbya membutuhkan dukungan dari semua stakeholdes dengan perannya masing-masing.

“Lihat saja hari ini kami datang sendirian di Wae Lolos. Kami juga hadirkan para mitra pelaku pariwisata, karena merekalah yang hari-hari bersama para wisatawan. Kami juga bawa mitra dari kalangan akademisi, Polri dan TNI bersama pemerintah kecamatan. Ini menandakan keseriusan pemerintah daerah untuk memberikan support dan dukungan demi kemandirian desa wisata. Hari ini kami datang di Wae Lolos. Mungkin besok lusa kami datang di desa wisata yang lain dan desa Wae Lolos akan menjadi narasumber untuk desa wisata yang kemudian kami sentuh. Itu kira-kira motivasi dan semangat besar kami”, tuturnya.

Mengakhiri sambutannya, Stefan mengatakan bahwa pemerintah adalah pelayan masyarakat yang membutuhkan dukungan stakeholders dengan perannya masing-masing memajukan pariwisata Manggarai Barat, khususnya desa wisata.
Mengurus desa wisata pemerintah daerah tidak bisa berjalan sendiri, perlu kolaborasi dengan semua stakeholder.

“Agar Wae Lolos semakin maju ke depan, mari kita sama-sama. Teristimewa kepada teman-teman pelaku pariwisata yang tergabung dalam HPI, Assita, Astindo, komunitas travel agent, komunitas transportasi dll mari dengan peran kita masing-masing membantu pemerintah daerah, bantu desa Wae Lolos. Kami pemerintah hanyalah pelayan. Kami sebagai pelayan ini dibilang berhasil kalau masyarakatnya berubah dari kurang baik menjadi baik, dari cukup menjadi sejahtera. Kalau itu tidak terjadi, berarti kami gagal sebagai pelayan”, ujar Stefan.

Momen bersejarah

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Cunca Plias, Robert Perkasa mengatakan peluncuran Desa Wisata Wae Lolos merupakan momen bersejarah.

Robert berharap ke depan Desa Wisata Wae Lolos makin banyak dikunjungi wisatawan, sehingga berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

“Semoga dengan adanya desa wisata ini, kesejahteraan masyarakat sekitar semakin meningkat dan pariwisata Indonesia semakin dikenal dunia. Dengan diluncurkannya Desa Wisata Wae Lolos di kampung adat Langgo, kita berharap dapat memperkenalkan keindahan alam dan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia,” ungkapnya.

Desa Wisata Wae Lolos merupakan desa wisata yang dapat ditempuh dari Labuan Bajo selama satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dan akses jalan yang bagus. Desa ini kerap dijuluki sebagai desa wisata ‘Seribu Air Terjun’ karena terdapat banyak air terjun yang bisa dinikmati wisatawan di sana.

“Kami tawarkan tujuh spot wisata alam yakni Air Terjun Cunca Plias Satu, Air Terjun Cunca Plias Dua, Air Terjun Tiwu Galong, Kolam di Atas Awan dan Air Terjun Cunca Ri’i, Cunca Liang Langgo, Cunca Wongka, Cunca Lolos dan spot wisata alam lainnya. Wae Lolos siap menyambut wisatawan dan memukau dunia. Mari kita lestarikan alam dan budaya kita,” tandas Robert. **

Oke Bajo

Okebajo.com adalah portal berita online yang selalu menghadirkan berita-berita terkini dan dikemas secara, Berimbang, Terpercaya dan Independen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *