Opini  

Bunda Maria Bintang Laut, Pelindung SMK Stella Maris

Avatar photo

Opini, Okebajo.com, – Di sela-sela menikmati suguhan acara atraksi (pementasan) seni setelah ritual pelantikan Kepala SMK Stella Maris yang baru Hari ini, Senin (24/1/20244), seorang teman guru, Pak Stefan Rafael sempat mengajukan pertanyaan penting kepada saya. Entah bagaimana latar belakangnya sehingga dirinya bertanya: “Pak Sil, siapa pelindung sekolah ini?”.

Saya ‘terdiam’ sejenak, sambil memikirkan jawaban yang tepat atas pertanyaan itu. Lalu, dengan nada santai, saya jawab: “Pelindungnya adalah Stella Maris pak”. Tetapi, jawaban itu, sepertinya kurang mengena di hati pak Stefan. Setidaknya, hal itu terlihat dari ekspresi wajah dan nada suara yang kurang meyakinkan dalam merespons jawaban tersebut.

Untuk meyakinkan pak Stefan, saya memberikan penjelasan sebagai berikut. “Kita bisa bandingkan dengan nama SMAK St. Ignatius Loyola. Sudah pasti, pelindung sekolah itu adalah St. Ignatius Loyola. Demikian pun dengan nama SMK Stella Maris, pelindungnya adalah Stella Maris itu sendiri”.

Tetapi, siapa yang dimaksud dengan Stella Maris itu? Saya kira, pertanyaan pak Stefan itu, mewakili rasa ingin tahu khalayak yang lebih luas tentang pelindung sekolah ini. Pun pertanyaan itu, secara tidak langsung ‘bersentuhan’ dengan makna dari ungkapan Stella Maris yang telah dijadikan nama resmi sekolah kejuruan milik Keuskupan Ruteng ini.

Karena itu, dalam tulisan ini saya coba menjawab pertanyaan pak Stefan itu sekaligus menyingkap arti dari ungkapan itu dan siapa figur yang dijuluki Stella Maris itu beserta implikasinya bagi lembaga yang bernaung di bawah ‘tokoh suci’ itu. Sebagai sebuah percobaan, penjelasan ini, tentu saja perlu dikaji lebih dalam lagi.

Stella Maris” merupakan frase Bahasa Latin yang berarti Bintang Laut (Samudra). Secara referensial atau denotatip, ungkapan itu mengacu pada sejenis ikan tak bertulang belakang (invertebrata) di laut yang mempunyai 5 lengan, persis menyerupai bintang sehingga disebut juga ikan bintang (star-fish).

Namun, dalam sejarah perkembangan penggunaan ungkapan itu, arti referensial dirasa terlalu sempit. Istilah Bintang Samudra mengalami perluasan makna.

Narasi dari ranah teologi agama Katolik terkait dengan pemakaian ungkapan itu, menjadi fokus perhatian tulisan ini. Istilah Bintang Laut atau Bintang Samudra secara populer digunakan oleh kalangan Katolik sejak abad 9.

Ungkapan “Bintang Samudera” merupakan gelar kuno yang dikenakan untuk Santa Perawan Maria, Bunda Yesus Kristus. Kata “Bintang Samudera” merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Latin “Stella Maris”, yaitu suatu gelar yang diberikan oleh Gereja untuk Bunda Maria pada abad ke-9.

Itu berarti, sudah lebih dari seribu tahun, gelar itu dipakai untuk menekankan peran Bunda Maria sebagai tanda harapan dan sebagai bintang pembimbing bagi orang kristiani. Dua kata kunci dibalik gelar Stella Maris itu adalah harapan dan bintang penuntun. Bahwasannya, di tengah derasnya gelombang tantangan dalam samudra kehidupan ini, kita tidak boleh hilang harapan sebab Sang Kehidupan memberikan bintang penuntun untuk keluar dari aneka kompleksitas problematika hidup itu.

Pemberian gelar Bintang Samudra untuk Bunda Maria, tentu mempunyai basis teologis yang bersumber dari Kitab Suci. Kitab Raja-raja (1Raj. 18: 41-45) dijadikan landasan utama. Teks dari Kitab Raja-raja ini menunjuk pada segumpal awan kecil yang nampak di laut sebagai tanda harapan bahwa hujan akan turun dan tanah-tanah segera akan dibebaskan dari bahaya kekeringan. Segumpal awan kecil (sebesar kepalan tangan manusia) yang nampak dari Gunung Karmel itu dipercaya sebagai Bintang Samudera. Bunda Maria seperti hujan yang turun lebat merupakan tanda harapan yang mewartakan pembebasan dan pembaruan.

Gambaran dalam Kitab Suci ini merupakan peristiwa yang sangat sempurna soal gelar “Bintang Samudera” untuk Bunda Maria, yang membantu siapa saja yang terkena bahaya badai di laut. Di sini Bunda Maria memberikan harapan hujan, dan bukan menghentikan badai. Maka, kerapkali Bunda Maria dipandang sebagai pribadi yang memberikan harapan kepada mereka yang tak berpengharapan dan membantu mereka yang dalam keadaan putus-asa.

Mengapa sekolah vokasi milik Keuskupan Ruteng ini diberi nama “Stella Maris”? Sebelum menggunakan nama SMK Stella Maris, lembaga ini dikenal luas dengan sebutan Sekolah Pelayaran Menengah (SPM). Sesuai dengan namanya, sekolah ini mempunyai misi mendorong, mendidik, dan melatih anak-anak Muda Manggarai Barat (Mabar) untuk menjadi pelaut/nelayan profesional.

Misi ini, rasanya tidak terlalu berlebihan. Pasalnya, potensi kelautan dan perikanan di Mabar cukup menjanjikan. Tetapi, tidak terlalu banyak ‘anak muda’ yang menjadikan laut sebagai ladang ekonomi yang lebih menggiurkan. Karena itu, Gereja Keuskupan Ruteng, Pemiliki sekolah ini coba membuka ruang dan peluang agar idealisme mengoptimalisasi potensi kemaritiman kita bisa termanifestasi dengan mencetak calon pelaut andal dan kompeten melalui SPM itu.

Dengan demikian, kehadiran SPM menjadi semacam ‘pembuka harapan’ soal optimisme lahirnya para nelayan profesional di tanah Mabar. SPM juga menjadi ‘bintang penuntun’ (Stella Maris) ke arah mana anak-anak muda itu diterjunkan. SPM coba membuka jalan dan menyingkap rahasia agar generasi muda bisa berlayar dan memanfaatkan sumber daya kelautan secara optimal.

Dalam perkembangannya, SPM mengalami kemajuan yang pesat, terutama setelah berganti nama menjadi SMK Stella Maris. Sekolah ini tidak lagi berkonsentrasi pada satu program studi, yaitu Nautika Kapal Penangkap Ikan (NKPI), tetapi sudah ditambah dengan beberapa jurusan yang lain.

Hingga detik ini, sudah ada 4 program studi unggulan, yaitu NKPI sebagai yang sulung, Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), Unit Layanan Pariwisata (ULP) dan Akomodasi Perhotelan (APH) sebagai anak bungsu. Rencananya, pada pertengahan tahun 2024 ini, akan dibuka satu program baru lagi, yaitu Program Keahlian Tata Boga.

Melalui beberapa program studi itu, SMK Stella Maris masih tetap mengemban misi yang sama. Hanya saja, misi diperluas dalam arti tidak lagi hanya terbatas pada laut dalam arti sempit (wujud fisik). SMK Stella Maris bertekad mendorong, mendidik, melatih dan mempersiapkan generasi muda Mabar untuk menjadi manusia unggul, cerdas, kompetitif, berkarakter, terampil, dan berkompeten dalam mengarungi samudra kehidupan yang mahaluas ini.

SMK Stella Maris tetap setia menghayati filosofi bintang laut dalam menerjemahkan visi dan misi sekolah. Bahwasannya, SMK Stella Maris tak pernah jedah dan lelah menghidupkan ‘api harapan’ kepada generasi muda kita untuk bisa bersaing dan eksis di tengah derasnya arus persaingan saat ini. Lembaga ini juga tetap menjadi ‘bintang penuntun’ bagi orang muda untuk menemukan jalan yang tepat dalam berdedikasi dan memproduksi sejarah hidup bermutu di atas samudera raya kehidupan ini.

Melalui narasi singkat ini, berharap segenap anggota komunitas SMK Stella Maris boleh menjadikan ‘Bunda Maris Stella Maris sebagai ‘teladan’. Devosi dan penghormatan kepada Sang Bintang Laut tak boleh padam. Kita butuh ‘bintang penuntun’ agar bisa menggapai visi sekolah ini. Bintang petunjuk itu adalah ‘Bunda Maria Bintang Laut.

Oleh : Sil Joni/Staf Pengajar SMK Stella Maris Labuan Bajo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *