Borong, Okebajo.com – Riuh sorak dan dentuman gong tradisional mewarnai ruas jalan Benteng Jawa–Ruteng, Sabtu (23/8/2025) pagi. Pawai kendaraan roda dua dan roda empat berderet panjang, mengiringi kedatangan Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, bersama Sekretaris Dirjen Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI, Reginaldus Serang, menuju Desa Deno, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.
Dalam balutan busana adat, tokoh-tokoh adat dari Gendang Deno dan Gedang Nteweng berdiri gagah menyambut rombongan. Tradisi kepok curu digelar penuh khidmat saat Uskup tiba di Pa’ang Deno pukul 07.30 WITA, sebelum beliau diarak menuju Pastoran Paroki Bea Muring untuk memimpin misa pemberkatan gedung baru Gereja Paroki St. Damian Bea Muring.
Ribuan umat memadati gereja megah berukuran 20 x 40 meter persegi. Bagi mereka, hari itu bukan sekadar peresmian gedung baru, melainkan tonggak sejarah lahirnya “rumah doa” yang dibangun dengan doa, keringat, dan pengharapan sejak 2018.
Dalam homilinya, Uskup Siprianus menyampaikan pesan mendalam.
“Setiap batu di dinding ini adalah saksi dari tetesan keringat para pekerja. Setiap tiang adalah monumen doa ibu-ibu di malam hari, dan setiap jendela adalah lukisan harapan kaum muda paroki,” ungkapnya.
Uskup menegaskan, Gereja Bea Muring adalah bukti nyata doa umat yang sederhana, namun kini menjelma menjadi rumah kudus tempat surga dan bumi berpelukan dalam ekaristi.
Dari Sepuluh Tiang Hingga Megahnya Gedung
Pastor Paroki St. Damian Bea Muring, RD Alber Abu, mengenang perjalanan panjang pembangunan gereja ini. Sejak diletakkan fondasinya pada 2018 dengan anggaran Rp5,6 miliar, pembangunan sempat terhenti akibat pandemi Covid-19.
Baru pada Oktober 2023, pekerjaan dilanjutkan. Dengan kas seadanya, hanya Rp115 juta, panitia memutuskan memulai kembali pembangunan dengan sepuluh tiang pertama. “Hanya sepuluh tiang, karena dana kecil. Namun kami percaya, dengan doa dan kerja sama umat, Tuhan yang melengkapi sisanya,” ujar RD Alber.
Keajaiban itu benar adanya. Dukungan datang bertubi-tubi, baik dari pemerintah, lembaga perbankan, Ditjen Bimas Katolik, hingga para donatur. Bahkan, Uskup Sipri sendiri menyumbangkan tabernakel, perlengkapan misa, hingga nostran bernilai puluhan juta rupiah.
“Yang lebih istimewa, umat tidak dipungut biaya sepeserpun. Mereka hanya bergotong royong dengan tenaga, dari pagi hingga petang. Semuanya berjalan dengan hati yang tulus,” tambah RD Alber.
Perayaan Penuh Sukacita
Misa pemberkatan ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh penting: Vikjen Keuskupan Ruteng RP Sebastian Hobahana, SVD, para imam, diakon, suster, biarawan-biarawati, anggota DPRD Manggarai Timur, perwakilan pemerintah, pimpinan Bank NTT dan BRI, hingga panitia pembangunan.
Dengan tema “Ekaristi Menggerakkan Hati Umat Sebagai Gereja yang Berziarah Menuju Pengharapan”, umat larut dalam doa syukur. Gereja baru ini menjadi simbol harapan baru bagi umat St. Damian Bea Muring, tempat iman bertumbuh dan persaudaraan dipererat.
“Impian yang dulu hanya coretan di atas kertas, kini berdiri gagah di hadapan kita. Inilah rumah di mana doa-doa kita akan terus bergema,” tutup Uskup Siprianus.