Oleh : Brigita Karenina Nandus
Opini, Okebajo.com – Hari ini, kita semua berkumpul di sini bukan hanya untuk mendengarkan, atau pun sekadar mengikuti tetapi untuk menyuarakan dengan lantang harapan, keberanian dan tekad sebagai generasi muda dalam melawan stigma diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Manggarai Barat mencatat ada 174 kasus dengan periode tahun 2022 hingga 31 Juli 2025. Padahal dalam periode waktu tersebut Pemerintah Manggarai Barat gencar melakukan sosialisasi dan edukasi HIV/AIDS.
HIV dan AIDS. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS (acquired immunodeciency syndrome) adalah kondisi akibat serangan virus HIV. Penyakit itu menular melalui hubungan seksual, suntikan jarum, transfusi darah yang tidak aman, dan bahkan dari seorang ibu ke anaknya (Air Susu Ibu)
HIV/AIDS bukanlah hukuman, ia adalah penyakit yang bisa dicegah, dikelola dan yang paling penting, tidak menjadikan itu sebagai alasan untuk saling mengucilkan. Namun sayangnya, di luar sana masih banyak saudara/I kita yang hidup dalam ketakutan dan bayang-bayang stigma. Mereka dijauhi, dicibir, bahkan ditolak hak-haknya hanya karena kurangnya pemahaman dan empati. Pernahkah kita sejenak berpikir jika kita juga adalah orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS ?
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Komisi Penanggulan AIDS (KPA) yang telah dan sedang gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada kelompok sasaran, bisa menjadi MODEL bagi kita semua untuk mewujudkan gerakan bersama menihilkan jumlah penderita HIV/AIDS di kalangan remaja terutama di kota kita ini, kota super prioritas Labuan Bajo.
Sebagai generasi muda, kita bisa mulai dari hal-hal sederhana, seperti edukasi di media sosial tentang bahaya, cara penularan dan cara bersosialisasi dengan korban, diskusi di sekolah atau bahkan berani menjumpai para pengidap HIV/AIDS untuk mendengarkan cerita dengan hati tanpa adanya prasangka buruk.
“Hindari penyakitnya, sayangi orangnya.” Slogan ini penting untuk kita terapkan. Sebagai generasi muda, kita punya kekuatan untuk mengubah cara pandang, cara berpikir, dan cara bertindak kita dalam menanggulangi bahaya serta mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.
Berkaca pada perjuangan generasi muda pada 28 Oktober 1928 yang meskipun berbeda-beda tetapi satu dalam perjuangan meraih kebebasan dan kemerdekaan, mari satukan tekad untuk tidak menghakimi, tetapi memahami; untuk tidak menjauh, tetapi merangkul; untuk tidak diam, tetapi bersuara dengan lantang melawan HIV/AIDS dan diskriminasi terhadap ODHA.
Ingat, HIV tidak menular lewat pelukan, lewat tawa, atau pun lewat kebersamaan. Mari berbagi kasih dengan menyendengkan telinga mendengarkan mereka berkeluh kesah, memberikan pelukan bagi setiap orang yang takut karena dikucilkan, membiarkan mereka berbicara dengan bebas dan memberi keyakinan kepada mereka kalau mereka tidak sendirian, kalau mereka bukan orang asing yang harus dijauhi. Sebab, setiap langkah kecil yang kita lakukan adalah bagian dari gerakan besar menuju masyarakat yang lebih adil, berani, dan humanis.
Kita tahu, pelajar yang berdaya bukan hanya mereka yang cerdas di bidang akademik tetapi juga yang peduli terhadap isu sosial dan kesehatan masyarakat.
Generasi Muda adalah agen perubahan. Predikat itu menuntut kita untuk tidak tinggal diam di hadapan segala keburukan. Bersama semua stakeholder yang berperan penting pemerintah orang tua, masyarakat, mari dalam langkah-langkah kecil kita wujudkan target besar dari Otoritas Kesehatan Dunia (WHO) mencapai target ending AIDS tahun 2030 mendatang. Kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi.
“Satukan tekad hindari HIV/AIDS dan lawan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.”
Selamat Memperingati Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025. *
Penulis adalah Siswi SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Juara 1 Lomba Pidato Terkait isu HIV-AIDS yang digelar KPA Mabar, 28 Oktober 2025.











