Oleh : Inno Mamat *)
Opini, Okebajo.com, – Ketika selesai pendidikan dan pertama kali menjadi guru, ada satu panggilan yang mengusik penulis. Beberapa kerabat memanggil penulis “Tuang Guru”.
Jujur saja, penulis merasa bangga. Senang sekaligus memikul tanggung jawab besar dengan panggilan ini. Disapa “Tuang” itulah yang membuat penulis merasa punya tanggung jawab besar.
“Tuang” dalam kehidupan masyarakat Manggarai sering disematkan kepada Imam Gereja Katolik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Imam atau Pastor memiliki peran untuk menggembalakan.
Sebagai gembala yang mewartakan nilai-nilai agama Katolik. Namun, istilah “Tuang” dalam kehidupan masyarakat Manggarai tidak hanya disematkan pada seorang Imam. Istilah ini juga sering disematkan kepada seorang guru (pendidik).
Sampai saat ini, penulis belum menemukan alasan yang bisa diterima secara pasti, mengapa orang Manggarai sering menggunakan istilah “Tuang” untuk memanggil seorang yang berprofesi sebagai guru.
Jika Imam atau Pastor memiliki peran sebagai gembala mewartakan nilai-nilai Katolik, lantas apa dasarnya guru dalam kebiasaan masyarakat Manggarai dipanggil “Tuang Guru”.
Menurut penulis ada beberapa alasan mengapa istilah ini sering disematkan kepada seorang guru.
Pertama, Pastor dan Guru memiliki peran yang sama.
Pastor bertugas memimpin dan membimbing, serta terutama mempersatukan umat. Sebagai gembala, ia wajib mengenal domba-dombanya, memahami kesulitan-kesulitan, dan menuntun ke arah yang benar. Sedangkan guru memiliki peran mendidik, mentransfer pengetahuan kepada siswanya. Membimbing siswanya yang mengalami kesulitan dalam belajar. Mengarahkan siswanya agar bertindak sesuai norma-norma kesopanan. Mengenal karakter setiap siswa, dan menjadi panutan bagi siswanya.
Kedua, memiliki pengetahuan yang luas. Pastor dan Guru sangat dihargai dalam kehidupan masyarakat Manggarai karena dianggap memiliki pengetahuan yang luas. Walaupun, secara pendidikan antara Pastor dan Guru memiliki jangka waktu serta latar belakang pendidikan yang berbeda. Pastor merupakan sosok yang didengar oleh umat karena khotbah-khotbahnya mendidik. Sedangkan guru merupakan sosok yang dipercaya untuk memimpin masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap guru bukanlah tanpa alasan. Hal ini dikarenakan guru memiliki pengetahuan dan sikap yang menjadi contoh ditengah-tengah masyarakat.
Ketiga, sebagai teladan. Pastor dan Guru merupakan sosok yang menjadi panutan di lingkungan gereja, sekolah, dan masyarakat. Sebagai pemimpin gereja Katolik, Pastor mengarahkan umatnya ke arah yang benar. Guru bertugas mendidik siswanya agar memiliki karakter yang baik.
Saya mengucapkan salam semangat untuk seluruh “Tuang Guru” di seluruh Indonesia, lebih khusus Kabupaten Manggarai. Tetap menjadi pejuang pendidikan yang rela mengorbankan seluruh jiwa, tenaga, dan pikiran demi memanusiakan manusia. Bergerak Bersama, Rayakan Merdeka Belajar.
*) Penulis, seorang Guru tinggal di Manggarai