Labuan Bajo | Okebajo.com | Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Desa wisata Repi, Kecamatan Lembor Selatan dan Desa Warloka Pesisir, Kecamatan Komodo mengikuti studi banding (stuba) tata kelola Desa wisata di Desa wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Kamis, 29 Februari 2024.
Kedatangan puluhan peserta studi banding dari kedua Desa tersebut disambut antusias oleh Pemerintah Desa Wae Lolos bersama pengurus dan anggota Pokdarwis Cunca Plias selaku tuan rumah.
Hadir di lokasi kegiatan ini Ketua Pokdarwis Desa Warloka Pesisir, Irwan bersama anggota dan perintis Pokdarwis Desa Repi, Reinaldus Joni bersama anggota Pokdarwis serta fasilitator program, Erwin Razaq dari Yayasan Bina Kerta Lestari (Bintari) selaku pendamping.
Kegiatan Stuba yang dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Wae Lolos, Gervinus Toni dibagi dua sesi, yakni penyajian materi yang berlangsung di Kantor Desa Wae Lolos dan studi lapangan di kawasan destinasi wisata alam “Seribu Air Terjun” Desa Wae Lolos.
Tata kola Desa wisata
Fasilitator Program Yayasan Bintari, Erwin Razaq menjelaskan bahwa Desa wisata merupakan desa yang memiliki potensi serta daya tarik wisata yang khas dan unik.
Daya tarik dan keunikan itu berupa karakter fisik lingkungan dan pedesaan, maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan, sejatinya dikelola dan dikemas secara menarik dan alami serta berbasis masyarakat lokal.
Untuk itu, kata Erwin, pengelolaan desa wisata melalui Pokdarwis harus memiliki tata kelola yang terstruktur, terorganisasi, dan terencana dengan baik.
Selain itu, Pokdarwis Desa wisata juga mesti memiliki strategi pengelolaan dan pemasaran yang baik agar dapat menerima kunjungan wisatawan dan berdaya guna bagi peningkatan ekonomi masyarakat di desa masing-masing.
“Banyak fakta menunjukkan pengelolaan dan aktivitas wisata di Desa wisata tidak bertahan lama karena tata kelola Desa wisata kurang baik”, ujar Erwin.
Alasan stuba di Desa wisata Wae Lolos
Erwin juga menjelaskan alasan memilih Desa wisata Wae Lolos menjadi lokasi stuba karena Desa Wae Lolos memiliki segudang potensi wisata, baik wisata alamnya, budayanya luar biasa dan
aksesnya mudah dijangkau.
Selain itu pengembangan berbagai potensi tersebut dilakukan secara mandiri oleh Pokdarwis Desa wisata Wae Lolos sudah on the track bermula dari titik nol.
“Teman- teman Pokdarwis di Desa Wae Lolos sudah berjalan berawal dari nol. Ini sangat luar biasa. Manajemennya, sistemnya dan geliat aktifitas pariwisatanya menerima kunjungan wisatawan juga sudah berjalan hingga Desa ini viral di media sosial. Saya berharap melalui kegiatan studi banding ini, teman-teman dari Desa Repi dan Warloka Pesisir bisa mendapat pengetahuan baru, informasi baru terkait tata kelola dan strategi pengelolaan desa wisata yang sedang dilakukan oleh teman-teman Pokdarwis Desa Wae Lolos. Itu alasannya kami datang studi banding di Wae Lolos ini”, jelas Erwin.
Tujuan studi banding
Erwin juga menerangkan bahwa tujuan studi banding di Desa wisata Wae Lolos untuk meningkatkan pengetahuan, motivasi dan kemampuan para pengelola desa wisata di Desa Repi dan Warloka Pesisir yang didampinginya.
“Informasi baru yang diperoleh dari materi yang disajikan maupun dalam studi lapangan, melihat secara langsung kondisi di destinasi wisata menjadi motivasi bagi teman-teman Pokdarwis Desa Repi dan Warloka Pesisir untuk melakukan hal yang sama, mengelola potensi desanya secara mandiri”, kata Erwin.
Pariwisata butuh strategi dan narasi
Narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Ketua Pokdarwis Cunca Plias Desa wisata Wae Lolos, Robert Perkasa.
Robert menjelaskan tata kelola yang baik, strategi promosi dan pemasaran desa wisata yang terstruktur dan efektif adalah faktor kunci yang dapat membuat desa wisata berkembang dan berhasil menarik perhatian wisatawan sekaligus berguna bagi masyarakat Desa.
Dalam dunia pariwisata yang sangat kompetitif, Pokdarwis selaku pengelola Desa wisata perlu memiliki strategi yang efektif untuk dapat bersaing dengan destinasi wisata di tempat lain.
Robert mengatakan, promosi dan pemasaran desa wisata bukan hanya tentang menjual destinasi pariwisata kepada wisatawan, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan.
Lebih dari itu, kata Robert, tekad yang kuat, semangat dan kekompakan anggota Pokdarwis, sinergitas antarstakeholders, fungsionaris adat, pemerintah Desa, dan dukungan media juga menjadi kata kunci keberhasilan pengelolaan desa wisata. Menurut Robert, kerja-kerja pariwisata harus berjejaring lintassektor. Tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri.
“Semua anggota Pokdarwis kami adalah orang kampung berprofesi sebagai petani tulen. Kami tidak punyai apa-apa tetapi punya siapa-siapa. Kami tidak ke mana-mana tetapi ada di mana-mana. Kenyamanan, keselamatan wisatawan dan kebersihan menjadi agenda kerja prioritas kami selama ini. Uang pasti mengikuti kami. Itu rahasia kerja kami sejauh ini”, ungkap Robert Perkasa.
Medsos dan Publikasi Wartawan
Robert juga mengisahkan pengalamannya memimpin Pokdarwis Cunca Plias Desa wisata Wae Lolos sejauh ini. Menurut dia, peran media sosial dan publikasi para Wartawan di berbagai Media jangan dipandang sebelah mata.
Promosi dan pemasaran yang efektif melalui media sosial narasi yang intens melalui berita teman-teman wartawan di berbagai media massa ternyata dapat mendongkrak jumlah wisatawan yang datang di sini.
“Media sosial merupakan alat yang sangat efektif untuk mempromosikan desa wisata melalui Facebook, Instagram, dan Twitter, mempublikasikan foto-foto menarik, video dan narasi-narasi teman-teman Wartawan dari berbagai media terkait branding wisata Seribu Air Terjun Wae Lolos”, ujar Robert Perkasa.
Jumlah kunjungan wisatawan
Ia juga merincikan data kunjungan wisatawan ke desa wisata Seribu Air Terjun sejak 24 Juni 2023 sampai 31 Desember 2023 sebanyak 1220 wisata lokal dan 480 wisatawan mancanegara.
Sedangkan dari 1 Januari hingga 26 Februari 2024, jumlah kunjungan wisatawan mengalami lonjakan dua kali lipat. Wisatawan lokal sebanyak 2.056 orang dan wisatawan 138 orang.
“Total kunjungan wisatawan sejak Juni 2023 hingga 26 Februari kemarin sebanyak 3.894 orang. Rinciannya, wisatawan lokal 3.276 orang sedangkan wisatawan mancanegara 618 orang”, sebut Robert Perkasa.
Tentang Yayasan Bintari
Yayasan Bina Kerta Lestari bermarkas pusat di Semarang dan berkantor cabang di Labuan Bajo. Yayasan Bintari merupakan organisasi non pemerintah yang bergerak di bidang pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan.
Dalam mengimplementasikan programnya, Yayasan Bintari bekerja sama dengan Arbieter Samariter Bund (ASB) melalui dukungan pendanaan dari Kementerian Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ).
Saat ini Yayasan Bintari tengah mengimplementasikan “Pogram Penguatan Ketahanan Iklim Masyarakat Pesisir Berbasis Resiko di Provinsi NTT melalui Pengelolaan Sumber Daya dan Mata Pencaharian Ramah Lingkungan (PEKA IKLIM).
Wujud dukungan program PEKA IKLIM dalam penguatan ketahanan iklim di sektor ekowisata adalah meningkatkan kapasitas Pokdarwis dari Desa Repi, Kecamatan Lembor Selatan dan Desa Warloka Pesisir, Kecamatan Komodo agar dapat mengelola aset potensi alam dan budaya masyarakat setempat menjadi mata pencaharian alternatif yang inklusif.
Salah satu agenda jangka dekat saat ini adalah menyelenggarakan kegiatan Studi Banding di Pokdarwis Cunca Plias Desa Wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang dan Workshop Rencana Tindak Lanjut yang akan diselenggarakan pada Maret 2024. * (Robert Perkasa)