2. Vikariat Apostolik Sunda Kecil 1922
Pada 12 Maret 1922, status Prefektur Apostolik Sunda Kecil menjadi Vikariat Apostolik Sunda Kecil.
P. Arnoldus Vestraelen, SVD ditunjuk sebagai Vikaris pertamanya . Beliau menjalankan tugas Vikariat Apostolik Sunda Kecil sampai pada kematiannya tanggal 15 Maret 1932. Ia pernah mengunjungi Labuan bajo pada tahun 1923.
3. Dekenat Ruteng 1929
Pusat-pusat Misi yang didirikan di wilayah Manggarai Raya berkembang pesat. Jumlah umat bertumbuh cepat. Karena itu butuh pula struktur Gereja yang kuat.
Pada 29 September 1929, wilayah misi Manggarai ditetapkan sebagai Dekenat yang berpusat di Ruteng. Pater Thomas Koning, SVD menjadi Deken yang pertama.
Perkembangan Misi yang pesat membutuhkan sarana fisik pendukung. Rumah ibadat dan rumah Misi, Gereja Santo Yosef yang kelak menjadi Katedral Ruteng mulai pembangunanya pada tahun 1929. Pemberkatan Gereja ini oleh Uskup Vestraelen pada 14 September 1931.
Dalam jangka waktu 1929-1930 terjadi pula pemekaran Stasi. Pada tahun 1929, Stasi Pagal didirikan sebagai pemekaran dari Stasi Ruteng. Pada tahun 1930 Stasi Mukun (Manus) didirikan sebagai pemekaran dari Stasi Lengko Ajang.
4. Vikariat Ruteng 1951
Pada 8 Maret 1951, Paus Pius XII meningkatkan status Dekenat Ruteng menjadi Vikariat Apostolik dan mengangkat Mgr. Wilhelmus van Bekkum sebagai Vikaris Apostolik Pertama.
Dalam rangka memperkuat struktur Vikariat baru ini, Mgr. Van Bekkum membentuk empat wilayah Dekenat, yakni Dekenat Ruteng (Dekennya P.Jan Karsten, SVD), Dekenat Cancar (Dekennya Pater Marcus Malar, SVD), Dekenat Orong (Dekennya Pater Nico Bot, SVD) dan Lengko Ajang (Dekennya Pater Willem Janssen, SVD).
5. Keuskupan Ruteng 1961
Peningkatan Status Vikariat Ruteng menjadi Keuskupan tanggal 3 Januari 1961 oleh Paus Yohanes XXIII. Mgr. Van Bekkum yang sebelumnya menjadi Vikaris Apostolik,kemudian Ia menjadi Uskup Ruteng yang pertama.
Sejak pendirianya tahun 1961 sampai sekarang Keuskupan Ruteng telah dipimpin oleh 5 orang Uskup. Mgr Wilhelmus van Bekkum, SVD memimpin dari tahun 1961 sampai 1972. Fokus khas pastoralnya adalah inkulturasi.
Pada masa itu Seminari Pius XII Kisol berdiri dan KPK (Kursus Pendidikan Katekis) St. Paulus Ruteng (tahun 1959) kemudian menjadi APK, STKIP dan sekarang Unika St. Paulus Ruteng.
Penggantinya adalah Mgr. Vitalis Djebarus, SVD. Uskup Vitalis memimpin dari tahun 1973 sampai 1981. Fokus khas pastoralnya adalah kemandirian gereja lokal dalam bidang mental, material dan personil.
Selanjutnya Mgr. Eduardus Sangsun, SVD dari tahun 1985 sampai 2008 memimpin Keuskuan Ruteng . Fokus khas pastoralnya adalah penguatan Gereja lokal yang mandiri, misioner dan memasyarakat.
Pendirian Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo
Pada masa kegembalaannya mendirikan Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Terjadi juga pemetaan ulang pembagian dekenat.
Melalui Surat Keputusan Uskup Ruteng No. 241/III.1/2008 tanggal 9 Agustus 2008, Mgr. Edu membuat ketetapan untuk membubarkan Dekenat Ruteng, Borong, Reo, Kuwu dan Labuan Bajo.
Selanjutnya membentuk Kevikepan Ruteng (Vikepnya Rm. Geradus Janur, Pr berpusat di Kuwu), Kevikepan Borong (Vikepnya Rm. Benediktus Jaya, Pr berpusat di Borong dan Kevikepan Labuan Bajo (Vikepnya Rm Benediktus Bensi, Pr berpusat di Labuan Bajo).
Setelah wafat Mgr. Edu pada tahun 2008, Mgr. Hubertus Leteng, Pr tahbis menjadi Uskup Ruteng yang keempat, pada 14 April 2010. Beliau memimpin dari tahun 2010 sampai 2017. Fokus khas pastoralnya sebagai rekomendasi sinode III Keuskupan Ruteng (2013-2015) adalah perwujudan persekutuan Umat Allah yang beriman utuh, dinamis dan transformatif.
Dari tahun 2017 sampai 2020 Keuskupan Ruteng pimpinanya oleh seorang Administrator Apostolik yakni Mgr. Silvester San. Dalam masa kepemimpinannya terjadi penguatan struktur, sistem pastoral serta tata kelola keuangan dan aset.
Pada 19 Maret 2020, Mgr. Siprianus Hormat tahbiskan menjadi Uskup Ruteng yang kelima. Dalam suasana pandemi Covid-19, beliau berjuang keras untuk mewujudkan pastoral “Omnia in Caritate”. Pastoral Diakonia baik yang karitatif maupun transformatif menjadi perhatian utama beliau.
Untuk itu bangulah jejaring kerjasama yang luas dengan Pemerintah Pusat sampai Daerah. Selain itu Uskup Sipri mendorong secara intensif karya pewartaan melalui sarana Komunikasi Sosial modern termasuk melalui Medsos. Beliau juga menguatkan struktur dan tata kelola Keuskupan dan Paroki.
Pada tahun 2021 terbitlah Statuta Dewan Pastoral dan Dewan Keuangan Paroki yang baru. *(habis)
*) Penulis, Fransiskus Ndejeng (Seksi HAK Dewan Pastoral Paroki Roh Kudus Labuan Bajo dan Yosef Min Palem (Sekretaris Dewan Pastoral Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo) dan Marsely Abi