Toilet Wanita di Pusat Kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo Diserbu Laki-laki

Avatar photo
Toilet Wanita di Pusat Kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo Diserbu Laki-laki
Kondisi toilet wanita yang luput dari perhatian dan digunakan oleh para pria. Foto/Rikardus Nompa

Labuan Bajo | Okebajo.com | “Ini parah,” celoteh seorang yang sedang antri di depan toilet wanita yang berada di sebelah utara pusat kuliner Seafood Kampung Ujung Labuan Bajo.

Ia berceloteh begitu bukan karena lama menunggu melainkan karena toilet wanita di tempat itu diserbu laki-laki.

Telusur demi telusuri, penyebab antrian panjang ini  karena toilet maupun kamar mandi yang tersedia di sana sangat terbatas.

Terpantau Okebajo.com, Selasa (2/5/2023) sekitar pukul 16.50 Wita, pusat wisata kuliner Seafood Kampung Ujung Labuan Bajo ramai pengunjung, wisatawan lokal dan mancanegara.

Setelah mencicipi sajian di lokasi itu, ada yang mencari toilet. Namun toilet maupun kamar mandi yang buka saat itu hanya toilet/kamar mandi untuk wanita. Sementara toilet/kamar mandi untuk pria terkunci rapat.

Akibatnya, pengunjung yang didominasi oleh para pria terpaksa harus mengantri. Mereka  silih berganti menggunakan toilet wanita tersebut.

Para pengunjung yang sedang antri mengaku kecewa. Ada yang mengeluh karena keberadaan toilet maupun kamar mandi strategis ini tidak dimanfaatkan dengan baik.

Seorang pengunjung adalah Wahyu. Pelancong asal Jakarta yang baru datang di Labuan Bajo itu mengeluhkan hal tersebut.

“Tadinya aku pengen ke toilet Mas. Tapi pas sampai di sana saya enggak jadi masuk karena antriannya panjang sekali.  Toilet hanya satu yang buka. Jadinya toilet untuk perempuan malah dipakai oleh laki. Kasian yah”, aku Wahyu sembari geleng-geleng kepala.

Ia berharap fasilitas penunjang di spot wisata kuliner Seafood Kampung Ujung Labuan Bajo itu diperhatikan pemerintah.

“Kesal tentu, yaah mau gimana lagi situasinya begitu. Berharap ini diperhatikan betul, apalagi ini terjadi di depan mata ada ivent besar Asean Summit,” tegur Wahyu.

Pengunjung yang kecewa bukan hanya Wahyu. Penyedia jasa Tour Operator yang berkantor di Labuan Bajo juga mengeluhkan hal senada.

Dia mengungkapkan bahwa fasilitas toilet, hal yang paling sering mengeluh tentang  toilet/kamar mandi di spot wisata kuliner Seafood Kampung Ujung adalah adalah  wisatawan mancanegara.

“Banyak pengunjung yang mengeluhkan toilet di tempat ini. Kadang buka, kadang tutup. Kebersihannya tidak diperhatikan. Kasihan sekali, toilet mewah tapi tidak terawat dengan baik”, keluh dia.

“Para wisatawan keluhkan  toilet ke kita sebagai penyedia jasa tour”, ujarnya.

Wisatawan enggan menggunakan toilet Spot Wisata Kuliner Seafood Kampung Ujung Labuan Bajo. Foto/Rikardus Nompa

Dia berharap pihak terkait memperhatikan fasilitas yang ada.

“Spot kuliner Seafood Kampung Ujung ini paling banyak diminati para wisatawan,” ungkapnya saat bertemu di lokasi tersebut, Selasa petang.

Terpantau, puluhan kendaraan roda dua maupun roda empat memadati sebagian bahu jalan Ikan Kerapu, Kampung Ujung, Kelurahan Labuan Bajo.

Belum ada pengelola

Berita sebelumnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, Koperasi dan UKM Kabupaten Manggarai Barat,  drh. Theresia Primadona Asmon (Ney Asmon) menerangkan bahwa Pemerintah Pusat belum menyerahkan pengelolaan pusat kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo kepada Pemkab Manggarai Barat.

Saat ini, jelas dia,  Dinas Nakertrans atas izin Bupati Manggarai Barat berinisiasi menggunakan sementara lokasi itu untuk sambil menunggu penyerahan resmi oleh Pemerintah Pusat.

Penempatan sementara lokasi itu karena melihat antusiasme para pelaku usaha kuliner di satu sisi dan minat pengunjung di sisi yang lain.

“Hingga hari ini, pusat kuliner Kampung Ujung sebenarnya belum diserahkan ke Pemda oleh  Pemerintah Pusat.

Saat ini hanya penempatan sementara melihat antusiasme pelaku dan minat tamu yang banyak. Penempatan sementara ini juga atas kesepakatan pelaku kuliner dan atas izin bapak Bupati, kami tempatkan sementara”, jelasnya.

Selain itu, penempatan sementara kawasan itu  juga sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui apa kekurangan yang perlu dibenahi.

Kata Ney Asmon, prinsipnya, semakin lama menunggu ketersediaan fasilitas yang serba lengkap, uang berlalu begitu saja.

Penempatan sementara, kami jadikan sebagai evaluasi untuk tahu kekurangannya.  Hal-hal apa yang perlu disiapkan atau diperbaiki lagi terutama soal tata kelola.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *