OPINI, Okebajo.com,- Menyoroti banyaknya kasus-kasus diskriminasi terhadap perempuan yang tak berujung, ini terjadi bukan semata karena hal sepele. Kasus-kasus seperti ini terjadi karena masih diterapkannya budaya-budaya yang menganggap kedudukan perempuan di bawah laki-laki atau kedudukan laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan, yang biasa disebut dengan “ Budaya Patriarki”.
Berbicara tentang budaya patriarki, budaya ini menjadi salah satu sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas atau pemegang kekuasaan. Kedudukan atau posis laki-laki selalu dianggap lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan. Laki-laki selalu mendominasi segala peran yang ada di masyarakat.
Keberadaan budaya patriarki ini seakan dianggap hal yang lumrah terjadi. Jika di lihat lebih dalam budaya patriarki ini muncul atau dimulai dalam keluarga, seperti kepala rumah tangga yang merupakan seorang laki-laki.
Hal ini terjadi secara turun-temurun, yang menyebabkan banyaknya stigma di tengah masyarakat yang menilai perempuan itu lemah dan posisinya selalu berada di bawah laki-laki.
Budaya Patriarki ini juga menilai bahwa perempuan hanya berperan dalam urusan domestik seperti memasak dan mengasuh anak. Ini sebenarnya adalah pemikiran kuno, sejatinya perempuan juga bisa melakukan peran seorang laki-laki di tengah masyarakat.
Tetapi kembali lagi akan kentalnya budaya patriarki ini, sehingga peran perempuan selalu dianggap sepele saja. Budaya seperti ini ternyata masih ada di Indonesia, dimana dapat kita liat atau temukan diberbagai lingkup. Ini biasanya dalam lingkup pendidikan, ekonomi , politik maupun hukum.
Dengan masih berlakunya budaya patriarki ini, banyak kaum perempuan yang merasa tertindas, mendapatkan tindakan diskriminasi dan berakhir dengan terjadinya kekerasan pada perempuan. Adanya budaya ini menyebabkan kaum laki-laki bertindak semena-mena, bahkan juga ini bisa menyebabkan terjadinya pelecehan terhadap perempuan.
Budaya patriarki ini tergolong dalam beberapa ranah, seperti dalam berumah tangga. Dimana perempuan selalu dituntut bisa melakukan pekerjaan rumah. Baik dalam memasak maupun membersihkan rumah. Jika saja perempuan tidak bisa melakukan hal tersebut maka ia akan dikucilkan, berbanding terbalik dengan laki-laki mereka akan dipuji jika melakukan hal tersebut.
Sebut saja itu sebagai standar ganda. Hal ini terjadi juga di ranah atau lingkungan pekerjaan maupun politik.
Stigma budaya patriarki di tengah masyarakat ini, menyebabkan kaum perempuan merasa tersudutkan. Kaum perempuan seakan terbelenggu dengan keberadaan patriarki ini, sehingga sangat sulit untuk menyuarakan hak mereka.
Budaya patriarki ini hanya menganggap bahwa perempuan dipresepsikan hanya mempu di rumah saja. Dan lingkup luar menjadi bagiannya laki-laki. Maka dari itu, munculnya aliran pergerakan wanita yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Aliran ini dinamakan gerakan feminisme dari kaum perempuan.
Gerakan feminisme ini dilakukan perempuan untuk menciptakan hubungan antar sesama manusia secara fundamental dan adil. Sehingga perempuan mencapai hak yang setara dengan kaum laki-laki.
Menelisik gerakan feminisme di zaman modern ini ternyata ada kemajuan dibuktikan dengan pemerataan pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan, banyaknya perempuan yang terjun ke dunia politik dan masih banyak bukti atau dampak dari gerakan ini.
Gerakan feminisme ini membuktikan bahwa posisi perempuan tidak selamanya selalu berada di bawah laki-laki. Bahkan sekarang banyak perempuan yang juga masuk dalam ranahnya kaum laki-laki. Kondisi seperti ini juga memunculkan pemikiran- pemikiran perempuan yang lebih luas lagi.
Maka dari itu sistem atau budaya patriarki ini menjadi salah satu sistem yang sangat ditentang oleh para feminis. Tak kerap juga, gerakan feminisme ini dianggap sebagai pemberontakan perempuan. Karena dianggap melanggar apa yang sudah ada sejak dahulu.
Tapi perlu diketahui bahwa gerakan ini sebagai bentuk tindakan yang dilakukan oleh perempuan dalam memperoleh kesetaraan di tengah masyarakat. Karena gerakan ini sudah ada sejak dulu, dengan gerakan yang di lakukan oleh Raden Ajeng Kartini.
Pembuktian dari gerakan feminisme ini juga mematahkan stigma patriarki di tengah masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan tidak lebih derajat di atas laki-laki. Perempuan bukanlah sosok yang lemah, perempuan merupakan sosok yang tangguh dalam mencapai kesetaraan haknya.
Gerakan Feminisme ini sangat membantu perempuan untuk mendobrak sistem budaya patriarki yang masih ada di Indonesia. Perempuan- perempuan sekarang menjadi lebih tangguh dan bahkan ada beberapa kedudukan perempuan yang menyamai laki-laki maupun di atas laki-laki.
Tidak ada salahnya dengan adanya gerakan feminisme ini, gerakan ini juga dapat membuat masyarakat sedikit demi sedikit bisa menerima adanya kesetaraan baik perempuan maupun laki-laki dan menghilangkan sistem budaya patriarki di Indonesia.
Oleh : Alberta Sulastri Amran ( Mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang )
Okebajo.com adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.