MANGGARAI, Okebajo.com – Sebuah fenomena yang menyayat hati tengah terjadi di wilayah Manggarai Raya, meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, dan Manggarai Barat. Ribuan warga memilih meninggalkan kampung halaman mereka untuk mengadu nasib di luar daerah, seperti Kalimantan dan bahkan ke Malaysia. Sayangnya, banyak dari mereka yang berangkat dengan status tenaga kerja ilegal atau non-prosedural.
Mayoritas dari mereka berangkat tanpa bekal keterampilan memadai, dengan latar belakang pendidikan yang beragam, dari lulusan SD hingga SMA. Proses keberangkatan yang ilegal menjadi pilihan karena dianggap lebih mudah dan cepat, seringkali melibatkan kenalan atau kerabat yang sudah lebih dulu berada di lokasi tujuan.
Namun, harga yang harus dibayar sangat mahal. Tidak hanya risiko bekerja di bawah tekanan tanpa perlindungan hukum, banyak juga yang meninggalkan keluarga mereka dengan janji membawa kehidupan yang lebih baik. Tragisnya, ada yang kehilangan kontak, membuat keluarga di kampung merasa cemas dan resah.
Kisah Nyata di Kampung Halaman
Marsel Abon, warga Kampung Cenop, Desa Nampar Tabang, Kecamatan Lamba Keda Utara, Kabupaten Manggarai Timur, menyoroti fenomena ini.
“Di kampung kami hampir pasti ada yang pergi ke Kalimantan. Mereka dominan jadi pekerja ilegal. Ada yang berhasil, tapi banyak juga yang kabarnya tak jelas,” ungkap Marsel.
Yeremias Guntur, warga Kampung Rura, Desa Rura, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, juga mengungkapkan keprihatinannya. Menurutnya, perantau ilegal ini kerap meninggalkan keluarga dalam ketidakpastian.
“Kami hanya bisa berharap mereka berhasil, meski ada banyak risiko yang mereka hadapi,” ujarnya.
Yeremias meminta pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, untuk lebih serius menangani persoalan ini. Menurutnya, membuka lapangan kerja di daerah adalah kunci untuk menghentikan gelombang perantau ilegal.
“Ada banyak potensi sumber daya alam di Manggarai Raya yang bisa dikelola dengan baik. Pemerintah harus mendatangkan investor untuk membuka usaha di sini,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mendukung kebijakan pemerintah. Kritik yang membangun, menurutnya, jauh lebih berarti dibanding kritik yang hanya menciptakan kegaduhan.
Sebagai masyarakat kecil, Yeremias dan warga lainnya berharap agar Manggarai Raya menjadi tempat yang layak untuk ditinggali, baik bagi mereka sendiri maupun keluarganya.
“Kami ingin hidup tenang dan sejahtera di tanah kelahiran kami. Jangan biarkan kami terus menjadi saksi keluarnya orang-orang terkasih hanya untuk mencari penghidupan yang belum pasti,” harap Yeremias.