Labuan Bajo, Okebajo.com – Pemerintah daerah kabupaten Manggarai Barat, melalui Dinas Peternakan sigap tanggapi polemik soal dugaan bau busuk yang katanya tercium hingga Masjid, lokasi Pasar, bahkan hingga ke pemukiman warga di Translok, Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT akibat limbah peternakan milik PT. Triputra Surya Sentosa.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Barat, Abidin mengungkapkan bahwa mengetahui soal keluhan warga itu berdasarkan pemberitaan di media.
“Kami melihat berita bahwa ada keluhan warga soal keberadaan kandang ayam itu. Setelah itu kami langsung memanggil pemilik kandang untuk datang ke kantor guna mengklarifikasi informasi itu” jelas Abidin, Jumat, (13/6).
Setelah mendengarkan klarifikasi pemilik kandang, pihaknya memutuskan untuk mengecek langsung ke lokasi kadang ayam petelur itu.
“Di lokasi kami temukan, kandang 1 dan 2, bersih. Tapi memang di kandang 3 ada sedikit kotoran ayam yang tidak dibersihkan, sehingga kami sarankan untuk sesering mungkin melakukan pembersihan” kata Abidin.
Selain itu, Dinas Peternakan juga meminta pemilik kandang untuk menggunakan Probiotik seperti EM4 (Effective Microorganisms) atau enzim pengurai dapat membantu memecah kotoran dan mengurangi bau.
Peran Cairan EM4 Dalam Pengelolaan Limbah Peternakan
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan larutan yang mengandung bakteri, ragi, dan mikroorganisme menguntungkan. Dalam proses dekomposisi, cairan ini berguna untuk mempercepat penguraian kotoran, mengurangi bau tak sedap, dan mencegah perkembangbiakan bakteri patogen.
Selain berguna di peternakan, cairan multiguna ini juga diterapkan pada lahan pertanian dan perikanan, demi menjaga kualitas tanah dan air, menyuburkan lahan, dan menjaga kesehatan ternak.
“Penggunaan EM4 merupakan langkah tepat dan ramah, bukan saja demi menjaga kualitas peternakan, tapi juga demi kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan.” ujar Abidin.
Namun, demi mencari kebenaran, wartawan Okebajo.com turun langsung ke tempat usaha peternakan tersebut pada Jumat, 13 Juni 2025, sekitar pukul 11.15 Wita, demi menemukan fakta sebenarnya.
Dari jarak 100 meter sebelum mencapai lokasi peternakan, wartawan media ini tak merasakan indikasi bau busuk. Setelah memasuki area peternakan dan menyambangi tempat-tempat yang disebut terdampak Masjid dan Pasar Translok kondisi di lapangan tampak normal.
Tak tercium aroma tak sedap, dan aktivitas masyarakat, jemaah yang sedang menjalankan ibadah berjalan seperti biasa tanpa keluhan.
“Kalau saya ke Masjid, Di Masjid saya tidak merasakan aroma bau. Tidak ada. Kalau memang ada bau, pasti warga akan protes,” ungkap Marizal, selaku kepala kandang yang bertanggung jawab atas operasional usaha ternak tersebut.
Sementara itu, Andre selaku penanggung jawab, PT Triputra Surya Sentosa mengakui bahwa sehari sebelumnya Ia telah memenuhi undangan Dinas Peternakan untuk melakukan klarifikasi soal informasi yang disampaikan dalam pemberitaan media.
“Setelah saya menghadap, Dinas Peternakan memutuskan untuk melihat langsung. Kamipun sama-sama ke lokasi” kata Andre.
Ia mengungkapkan, selama ini keberadaan kandang ayam petelur itu tidak pernah dikeluhkan warga sekitar.
“Sebelum membangun ini, kami melakukan sosialisasi kepada warga, dan mendapatkan persetujuan dari warga sekitar dan pemerintah setempat, mereka menandatanganinya” katanya.
Pihaknya juga berkomitmen mengikuti anjuran Dinas Peternakan untuk menggunakan Probiotik seperti EM4 (Effective Microorganisms) atau enzim pengurai dapat membantu memecah kotoran dan mengurangi bau.
“Kami siap melakukan itu. Intinya, kalaupun ada keluhan dari warga atau siapun, silahkan datang untuk sama-sama mendiskusikan solusinya. Kami juga tidak punya niat untuk merugikan masyarakat sekitar” ujarnya
Andre menuturkan bahwa usaha yang berdiri pada tahun 2023 ini hadir dengan niat sederhana namun berdampak besar: memenuhi kebutuhan telur konsumsi lokal yang selama ini bergantung pada pasokan luar daerah.
Ia mengaku bahwa sejak awal pihaknya berkomitmen bukan hanya untuk menyediakan telur konsumsi, tetapi juga membuka lapangan kerja untuk warga sekitar.
“Kita pekerjakan warga lokal, sesuai komitmen awal kita, dari total 8 karyawan, 6 diataranya merupakan warga Translok. Mereka bukan hanya bekerja, tapi kami latih untuk mengelola kandang, merawat ayam, hingga pengelolaan limbah,” ujarnya saat ditemui di lokasi usaha, Jumat (13/6/2025).
Andre menyebut bahwa awalnya Ia melihat peluang besar di Labuan Bajo, yaitu masih minimnya usaha peternakan unggas petelur. Dengan visi memenuhi kebutuhan protein masyarakat, membuka lapangan kerja, dan memberikan kontribusi pada perekonomian setempat, dia kemudian mendirikan peternakan ini.
“Awalnya saya lihat di Labuan Bajo masih bergantung pada pasokan telur dari luar. Makanya saya putuskan untuk membuka peternakan, demi memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus menciptakan lapangan kerja,” kata dia.
Carles, salah satu warga Translok yang bekerja di kandang ayam petelur itu mengaku senang akhirnya mendapatkan pekerjaan setalah sekian lama menganggur.
“Saya hanya tamat SD, sebelum ada kandang ayam ini saya tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali, nganggur. Tapi sekarang saya sangat senang, sudah 1 tahun labuh bekerja di sini, betah. Saya juga bisa membantu ekonomi keluarga” katanya.
“Saya juga senang, karena ada teman kami yang bisu (tunawicara) yang diterima kerja di sini. Kami bersyukur sekali adanya usaha ayam petelur ini” tambah dia.
Sebagai warga Translok, ia mengaku belum pernah medapatkan keluhan warga soal bau busuk di luar lokasi kandang.
“Kalau di dalam kandang, pasti ada bau kotoran ayam. Tapi untuk sampai ke rumah warga, saya belum pernah mendapatkan keluhan langsung dari warga selama kerja di sini. Saya tidak tahu warga mana yang mengeluh soal bau busuk” ujarnya.
Limbah Diolah Jadi Pupuk, Diberikan Gratis untuk Warga
Salah satu hal menarik dari operasional peternakan ini adalah pengelolaan limbah kotoran ayam. Andre menjelaskan, kotoran dibersihkan secara rutin 5 hingga 6 kali dalam sebulan, dikemas dalam karung, dan ketika ada warga sekitar yang membutuhkan, pihaknya memberikan secara gratis untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
“Tentu limbah ini dapat dimanfaatkan dan diberdayakan demi kepentingan warga di sekitar. Kami ingin usaha ini memberi manfaat. Kotoran yang sudah dikumpulkan menjadi pupuk untuk warga. Jadi tidak ada yang terbuang sia-sia,” kata Andre.

Hal senada juga diungkapkan Marizal, selaku kepala kandang yang bertanggung jawab atas operasional usaha ternak tersebut.
“Saya setiap hari turun langsung untuk memastikan kebersihan dan proses berjalan sesuai prosedur. Dalam radius 50-100 meter dari peternakan, tidak tercium bau yang menyengat.” ujarnya
Ia mengaku bahwa sampai sejauh ini pihaknya belum pernah menerima laporan ataupun keluhan langsung dari warga sekitar terkait adanya bau busuk kotoran limbah peternakan tersebut.
“Ya selama ini, tidak ada keluhan. Kami tidak pernah menerima keluhan langsung dari warga sekitar soal bau busuk itu. Aman-aman saja selama ini,” ungkap Marizal.
Pantauan langsung media ini di lokasi peternakan pada Jumat siang, dari radius sekitar 100 meter hingga ke area kandang, tampak tidak tercium bau menyengat bahkan terpantau aktivitas warga di sekitar lokasi peternakan seperti di Masjid Translok masih berjalan normal. **