Opini  

Labuan Bajo Menuju Keuskupan (2)

Avatar photo
Labuan Bajo Menuju Keuskupan
Gereja tua Rekas kini menjadi situs budaya Kabupaten Manggarai Barat. Foto/istimewa

OKEBAJO || Rekas Menjadi Pusat Misi Untuk Wilayah Manggarai Barat

Pada 1 Agustus 1921 Sekolah Rakyat (SR) Rekas didirikan (sekarang SDK Rekas 1). Guru pertama adalah Gregorius Fernandes (mutasi dari SR Labuean Badjo). Pada tahun 1921, guru Gregorius Fernandes berpindah dari Labuan Bajo ke Rekas. Sejak itu, banyak Pastor mulai mengunjungi Rekas.

Dokumen sejarah Gereja Rekas menyatakan Pastor pertama yang bekerja di wilayah Rekas adalah Pater Yansen, SVD,  tetapi tempat tinggalnya masih di Ruteng.

Pada 13 Juli 1922, umat perdana yang dibaptis di Gereja Rekas oleh P. Willem Jansen, SVD  adalah Joseph Rumpa, Bernadus Bango, Donatus Durhaman, Joseph Djandu, Petrus Ganggut, Marcus Maha, Hendrikus Haku, Raymundus Rangkak (No. 3-10 dalam buku Stamboek Paroki Rekas).

Sekilas cerita lucu, cara misionaris memilih tempat untuk bermisi…yaitu melihat babi. Di mana terlihat banyak babi, di situ ada peluang besar untuk mewartakan Kabar Gembira.

Tahun 1921, P. Yansen dan P. de Lang membiayai 4 anak untuk mengikuti pendidikan lanjut di Ndona. Anak-anak itu adalah Petrus Ngantak, Yohanes Haba serta Simon Pakung

Kemudian P. Jansens, SVD menetap di Lengko Ajang, namun sesekali tetap mengunjungi Rekas dan tempat lainnya di Manggarai Barat, seperti wilayah Regho.

P. Jansens, SVD diganti oleh P. Frans Eichman, SVD yang pada 19 Oktober 1923 tiba di Ruteng (eks Misionaris Togo, Afrika) masuk ke Rekas melalui Labuan Bajo.

Beliau tiba di Rekas pada 6 April  1924 dan tinggal di rumah pesanggrahan. Pada tanggal tersebut  Stasi Rekas resmi berdiri sekaligus menjadi Pusat Misi wilayah Manggarai bagian Barat.

Setelah memperoleh tanah khusus untuk Gereja, beliau mulai memajukan pendidikan formal dan non formal. Dia membuka asrama untuk menampung anak-anak sekolah dan memberikan latihan-latihan serta etika dan ajaran Kristen kepada anak-anak sekolah tersebut.

P. Eickmann memisahkan asrama putera dari asrama puteri. Walaupun mendapat tantangan dari Sultan Bima, beliau tidak gentar mewartakan Kabar Sukacita kepada masyarakat dengan mengunjungi mereka dari kampung ke kampung.

Ia berusaha mendorong agar anak-anak disekolahkan. Guru-guru sekolah mempunyai tugas rangkap : selain mengajar di sekolah, mereka pun menjadi guru agama.

Tidak jarang guru-guru ini dengan penerangan lampu lentera berjalan dari kampung ke kampung pada malam hari untuk mengajarkan agama Kristen.

Pengikut Kristus diajak untuk berdoa pagi dan berdoa malam. Mempraktikkan doa Rosario dan merayakan hari Minggu bersama-sama. Anak-anak asrama dididik secara Kristen yang ketat dan penuh disiplin untuk menjadi pewarta Khabar Sukacita bila mereka kembali ke kampung masing-masing.

Paroki-Paroki Dibentuk

1. Paroki Santa Maria Penghibur Orang Berdukacita Rekas pada 7 September 1925.

Rekas menjadi Stasi ketiga setelah Stasi pusat di Ruteng dan Stasi Lengko Ajang.
Stasi Rekas berdiri pada 6 April 1924 saat P. Frans Eichmann, SVD tiba di Rekas dan menetap di sana.

Pada tahun 1925 mulai pembangunan Pastoran kecil dan Gereja Rekas oleh Br. Josef Segerink, SVD.  Para tukang  kebanyakan berasal dari Ngada.

Pada 7 September 1925, status Stasi Rekas menjadi Paroki dengan Pastor Paroki P. Frans Eichmann, SVD dan Pastor Kapelan  P. Leo van de Well, SVD.

Paroki Rekas berpelindungkan  “Santa Maria, Pelindung Orang bersusah”, suatu devosi yang bermula di Kevelaer Belanda. Karena itu pula, Rekas oleh para misionaris sering disebut  sebagai “Kevelaer Kecil”.

Pater Piet Heerkerens, SVD juga pernah membantu di Rekas dan wilayah Manggarai Barat.

Pada tahun 1928, P. Theodorus Thoolen, SVD mulai bertugas di Rekas menjadi Pastor kapelan. Pada tahun 1932, P. Theodorus Tholen menjadi Pastor Paroki Rekas saat Pater Eickman pindah menjadi Pastor Paroki Todo.

P. Thoolen SVD  mendirikan organisasi-organisasi rohani, menggiatkan devosi-devosi sambil memperhatikan budaya setempat. Ia juga mengembangkan pembinaan kelompok-kelompok kategorial dan mendirikan sebuah Koperasi untuk para guru.

Kongregasi Keluarga Kudus

Pada tahun 1935 berdiri di Rekas Kongregasi Keluarga Kudus  yang berkembang pesat di mana-mana. Juga ada Gerakan Pemoeda Pendjaga.

Dalam waktu singkat, Rekas menjadi pusat Misi yang penting di Manggarai bagian Barat dan sangat menonjol dalam kegiatan Misi.

P. Theodorus Thoolen, SVD menjadi Pastor Paroki Rekas sejak 1932 – 1939. Untuk beberapa saat Beliau dibantu oleh P. Wilhelmus Wiebring, SVD pada tahun 1936 yang kemudian menjadi Pastor Paroki Trimtas Ranggu.

P. Nico Bot, SVD juga pernah berkarya di Rekas dan sangat membantu dalam merenovasi Gereja Rekas pada  tahun 1935.

Pada tahun 1935, P. Tholeen   membangun sebuah Gua Maria di samping Pastoran lama (kini menjadi rumah Pastoran Paroki). Gua Maria ini menjadi tempat ziarah umat dari pelbagai Paroki lain di Manggarai.

P. Thoolen juga membuat stasi Jalan Salib di luar gedung, kegunaanya untuk Jalan Salib terutama pada setiap Jumat Agung.

Pastor pendoa mohon hujan

Beliau dikenal sebagai Pastor pendoa mohon hujan dengan berziarah ke “Golo Kempo” pada bulan Oktober 1934. Beliau juga dikenal sebagai Pastor bersuara emas karena suaranya yang merdu. Ia giat melatih umat untuk menyanyi, terutama lagu-lagu koor berbahasa  Latin.

Pada masa pastorasinya, ia membangun Kapela di Rangga, salah satu Stasi dqri Paroki Rekas. Juga membangun Kapela di Pandang, Kapela di Damot dan Kapela di Nisar.

Misionaris Belanda yang berkarya di Rekas setelah P. Tholeen, SVD adalah Pater Jakobus Geeraeds, SVD. Beliau bekerja di Rekas sejak tahun 1939 – 1952.

Beliaulah yang mendirikan beberapa Kapela di Stasi-Stasi di Paroki Rekas. Umat mengenalnya sebagai Pastor yang rajin mengunjungi umat dalam wilayah Kempo, Boleng dan Matawae. Dengan senapan “Cis”nya beliau sering berburu babi hutan dan burung.

Pater Geras, demikian umat biasa menyapanya, kemudian menjadi Pastor Paroki Wangkung, Boleng.

Sementara itu, Penggantinya adalah P. Yoseph van Hoef, SVD menjadi Pastor Paroki Rekas pada tahun 1952. Pastor ini dikenal sebagai pastor yang paling lama bekerja di Rekas, sejak 1952 –1996.

Kuda sahabat Pater Yosef van Hoef, SVD Pastor Paroki Rekas 1952-1996

Pater Yoseph membangun beberapa Kapela di Stasi-Stasi dengan atap seng. Pada awal mula, beliau mengunjungi umat dengan berkuda.

Pada tahun-tahun terakhir hidupnya di Rekas, beliau mulai memakai kendaraan mobil Hiline. Banyak karya pastoral yang Ia lakukan di Rekas. Sampai kini umat Paroki Rekas tetap mengenangnya termasuk sapaan khas untuk beliau yakni “Em Lebot”.  Kunjungan kepada orang tua dan jompo serta orang-orang sakit sangat Ia perhatikan.

Banyak umat yang masih terkenang akan beliau walau pun beliau sudah berada di Teteringen, Belanda. Pada 29 Agustus 2004, P. Yoseph van Hoef, SVD meninggal dunia di Belanda.

Pastor Paroki Rekas dari masa ke masa :

1924-1932 : P. Frans Eickmann, SVD (sejak berstatus sebagai Stasi tahun 1924).
1932-1939 : P. Theo Thoolen, SVD
1939-1952 : P. Jack Gaeraeds, SVD
1952-1996 : P. Yoseph van Hoef SVD
1996-1997 : P. Laurens Kuil, SVD
1997-1999 : P. Jan Djuang Somi, SVD.
1999 -2009 : P. Gabriel Mite, SVD
2009 –2012 : P. Romualdus Pitan, SVD
2012 –2018 : P. Emanuel Muda Kelen, SVD
2018 –2021 : P. Yanuarius Mali Bau, SVD
2021 – sekarang : P. Yeremias G. Bero, SVD.

Krisis Gembala Masa Penjajahan Jepang

Pada masa penjajahan Jepang, wilayah misi Rekas dan  Stasi-Stasinya mengalami krisis Gembala umat. Krisis terjadi karena para misionaris Belanda diinternir ke Pare-Pare Sulawesi pada tahun 1942.

Di sana mereka ditawan. Bahkan ada yang meninggal dunia. Situasi ini menggerakkan hati Misionaris pribumi dan awam untuk melayani penerimaan Sakramen Permandian dan Pernikahan sesuai adat istiadat Gereja Katolik yang kemudian pengukuhan kembali dengan berkat imam.

Adapun rasul awam yang dikuasakan untuk itu adalah :

Untuk menerimakan Pernikahan : Bapak Yosef Djandu, Bapak Yosef Kolong, Bapak Bato Beribe, Bapak Alo Abur . Untuk menerimakan Permandian : Bapak Mikael Ndaka, Bapak Mateus Solo, Bapak Anton Antong  dan Bapak Yosef Rumpa. Pada awalnya stasi Rekas selain meliputi wilayah Manggatai Barat juga sampai Rejeng di Manggarai Tengah  dan Todo di wilayah Manggarai bagian Selatan.

Pada perayaan-perayaan besar Gereja (Natal,  Pekan Suci dan Pentakosta) umat dari wilayah-wilayah tersebut datang ke Rekas untuk merayakan Ekaristi. Paroki Rekas memiliki Komunitas Suster : Pasionis, 12 unit Sekolah Katolik  dan 3 Kelompok Rohani, 2 tempat ziarah.

2. Paroki TriTunggal Mahakudus Ranggu  

Tahun 1935  perayaan Paskah dan Natal yang sebelumnya berpusat di Rekas, sebagai pusat Paroki perayaanya mulai di Ranggu. Umat yang hadir mengikuti Perayaan tersebut adalah umat dari wilayah Kedaluan  Kolang, Ndoso, Pacar dan Welak.

Paroki Ranggu resmi berdiri pada 25 Maret 1936 dengan nama  Pelindung Sanctissima Trinitas.  Pastor Paroki yang pertama adalah P. Wilhelmus Wiebring, SVD.

Saat Jepang masuk ke Indonesia (1942),  semua  misionaris dari  Eropa yang berkarya di tanah Misi ditawan.  Akibatnya, Paroki Ranggu mengalami kekosongan Imam (1942 –1946).  Untuk melayani umat, pelayanan  sakramen-sakramen tertentu seperti Sakramen Perkawinan, Sakramen Permandian, lalu yang melakukanya adalah orang awam. Dan awam yang berjasa dan tercatat dalam sejarah Paroki Ranggu adalah Damasus Agas (yang kemudian ia Thabis menjadi imam) dan Petrus Ngantak.

Pastor Paroki Tritunggal Maha Kudus Ranggu dari masa ke masa :

1936 – 1940 : P. Wilhelmus Wiebring, SVD.
1940 – 1941 : P. Gerard Smicht, SVD
1945 – 1949 : P. Nikolaus Bot, SVD
1949 – 1953 : P. Joseph Dasilva, SVD
1953 – 1957 : P. Van der Hogen, SVD
1957 – 1961 : P. Frans Mensen, SVD
1962 – 1988 : P. Frans Meszaros, SVD
1988 – 1994 : RD John Jewaru
1995 – 2001 : RD Beny Jaya
2001 – 2006 : RD Pius P.Jewaru
2006 – 2009 : RD Marianus Oktores

Paroki Ranggu memiliki 7 Stasi, 60 KBG, 6.486 jiwa dan 1.416  **

*) Penulis, Fransiskus Ndejeng (Seksi HAK Dewan Pastoral Paroki Roh Kudus Labuan Bajo dan Yosef Min Palem (Sekretaris Dewan Pastoral Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo) dan Marsely Abi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *