Labuan Bajo | Okebajo.com | Warga gotong keranda jenazah melintasi dua Kecamatan. Mulai dari Puntu, Desa Golo Lujang, Kecamatan Boleng sampai di Kampung Tilutuna, Desa Wae Jare, Kecamatan Mbeliling.
Penyebab, infrastruktur jalan rusak parah. Mobil ambulance yang membawa jenazah dari RSUD Komodo tidak bisa menjangkau Tilu Tuna.
Peristiwa duka memilukan ini terjadi di Dusun Nampe Langgu, Desa Wae Jare, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Adalah Sudarsoyo, putra bungsu pasutri Siti Miah dan almarhum bapak Muhamad Patung mendapat perawatan medis selama dua hari di RSUD Komodo.
Namun, remaja berusia 19 tahun itu meninggal dunia pada Jumat (21/4/2023) malam sekira pukul 20.57 Wita.
Pukul 21.30 Wita, mobil ambulance rumah sakit membawa jenazah Sudarsoyo ke kampung halamannya di Tilutuna, Desa Wae Jare, Kecamatan Mbeliling.
Jemput jenazah pukul 03.00 Wita dini hari
Mobil jenazah itu berangkat dari RSUD Komodo melalui wilayah Desa Golo Lujang perbatasan Kecamatan Boleng dan Kecamatan Mbeliling.
Namun, mobil jenazah hanya sampai di ujung aspal setelah kampung Puntu, Desa Golo Lujang, Kecamatan Boleng.
Pada Sabtu (22/4/2023) pukul 03.00 Wita dini hari, pihak keluarga dari kampung Tilutuna dan kampung Jare menjemput jenazah di ujung aspal setelah kampung Puntu.
Warga terpaksa menggotong jenazah menyusuri jalan setapak sejauh 4 kilometer.
“Mobil ambulance hanya sampai di ujung aspal setelah kampung Puntu. Tidak tembus sampai di Tilutuna karena tidak ada jalan raya. Warga kampung Jare dan Tilutuna yang gotong keranda jenazah kemarin”, jelas Basri, keluarga berduka.
Jalan Bambor Wae Jare rusak parah
Ia menjelaskan, mobil jenazah dari RSUD Komodo tidak ikut jalan dari Bambor ke Wae Jare. Hal itu karena ruas jalan dari cabang Bambor menuju Desa Wae Jare rusak parah. Tidak terjangkau kendaraan roda empat.
“Kalau ikut Bambor, mobil ambulance hanya sampai di ujung aspal sebelum kampung Rengkas. Jalan dari Rengkas ke Wae Jare rusak parah dan sangat jauh lagi untuk sampai di kampung Tilutuna”, jelasnya.
Ia mengatakan, Potret kejadian seperti ini bukan sekali terjadi melainkan sudah berulang kali. Sebelumnya, warga sering menggotong pasien atau ibu hamil yang hendak ke rumah sakit.
“Kejadian seperti ini selalu saja terulang. Ini bukan perkara baru bagi kami di Desa Wae Jare, lebih khusunya Kampung Tilutuna. Kami terpaksa melintasi hutan dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan,” ungkap warga kampung Tilutuna.
Warga berulang kali menyampaikan keluhan ini kepada Pemerintah Desa Wae Jare tetapi tidak pernah ada realisasinya.
Basri menambahkan, dari Puntu ke Tilutuna belum ada jalan raya. Jalan dari Puntu ke kampung Jare sudah digusur.
“Dari kampung Jare ke Tilutuna belum ada jalan raya. Masih jalan tanah yang digali sendiri oleh warga”, ujarnya. *