Oleh : Yohanes Sehandi)*
Opini, Okebajo.com, – Ungkapan belahan jiwa diambil dari kepercayaan bahwa dua orang yang berpasangan (suami-istri) yang serasi dan saling mencintai secara mendalam, memiliki satu jiwa, meskipun keduanya terpisah secara fisik.
Begitu si istri atau si suami meninggal dunia, maka disebut belahan jiwanya sudah terlepas.
Belahan jiwa yang terlepas itulah yang saya rasakan setelah istri tercinta Christiana Sri Murni (Ibu Sri Murni) meninggal dunia pada Rabu, 17 Januari 2024 yang lalu, dalam usia 63 tahun. Hidup berkeluarga bersama saya 34 tahun.
Berita meninggalnya Ibu Sri Murni membuat banyak orang kaget dan hampir tidak percaya. Saya sebagai suami, ketiga anak kami juga kaget. Ibu Sri Murni terlalu cepat pergi, hanya dalam dua malam satu hari di RSUD Ende. Satu malam dan satu hari di ruang IGD, satu malam di ruang perawatan.
Ada beberapa cerita dan informasi yang sempat beredar, bahwa yang meninggal bukan Ibu Sri Murni, tetap saya suaminya, Pak Yan Sehandi.
Memang masuk akal juga informasi yang beredar itu. Ibu Sri selama ini sehat-sehat saja dan tidak punya riwayat sakit.
Yang sering sakit dan punya riwayat sakit adalah saya. Itu banyak orang tahu karena selama ini saya pantang sejumlah jenis makanan agar bisa sembuh dari sakit.
Misalnya, saya tidak makan daging dan telur (sejak 1 Juli 2015 sampai sekarang) dan tidak makan nasi dari beras (sejak 21 Juni 2018 sampai sekarang). Dan saya sudah berjanji untuk melanjutkan pantangan ini agar tetap sehat.
Eh, yang meninggal malah Ibu Sri Murni yang sehat-sehat saja. Ini di luar dugaan. Dan tentu kita percaya bahwa ini rencana Tuhan yang telah mengatur segala sesuatunya.
Keluhannya sederhana, sakit di bagian bawah perut. Sakitnya semakin hebat. Setelah dicek darah dan urine, kata dokter, Ibu Sri terkena infeksi kandung kemih dan usus terlipat, sehingga tidak bisa buang air kecil dan besar.
Dokter ahli bedah sudah siap untuk bedah usus keesokan harinya, namun sebelum jam bedah, kondisi fisik Ibu Sri sudah drop dan tidak mungkin untuk operasi. Maka, maut itu pun menjemputnya, bagai pencuri di malam hari.
Satu-satunya profesi yang ditekuni Ibu Sri Murni sampai meninggal dunia adalah sebagai dosen. Dia dosen di Fakultas Hukum (FH) Universitas Flores (Uniflor) Ende, Flores, selama 34 tahun (1990–2024). Bahkan dia meninggal dunia juga dalam menjalankan tugasnya sebagai dosen.
Ibu Sri Murni lahir di Kampung Klegen, Desa Kretek, Bantul, Yogyakarta. Menamatkan SD dan SMP di Bantul, Yogyakarta. Menamatkan SMA di SMA Bokri Yogyakarta. Sarjana Hukum (S-1) diperoleh di Fakultas Hukum, Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang. Magister Hukum (S-2) diperolehnya di Fakultas Pascasarjana Undana Kupang.
Ibu Sri Murni menjadi dosen selama 34 tahun di FH Uniflor sama lama usia perkawinan kami 34 tahun. Kami nikah pada 18 Februari 1990 di Gereja Katolik Ganjuran, Bantul. Karena selama 34 tahun dia dosen di Uniflor, saya sering guyon, sepertinya Uniflor adalah suami keduanya Ibu Sri. Memangnya apanya yang salah, katanya sambil tertawa.
Dia jatuh sakit langsung setelah pulang kegiatan Pengabdian Masyarakat (Abdimas) di Mauponggo, Kab. Nagekeo, bersama 300-an mahasiswa dan dosen FH Uniflor.
Dua hari kemudian setelah pulang dari Nagekeo dia meninggal dunia. Tanpa pesan apapun kepada saya sebagai suami dan kepada ketiga anak lelakinya. Ibu Sri Murni cinta mati Uniflor. Artinya, dia mencinta Uniflor sampai mati.
Jenazah Ibu Sri Murni (yang oleh para tetangga di Ende sering memanggilnya Mama Santus), dibawa ke kampung saya di Kampung Dalong, Labuan Bajo, Manggarai Barat, pada Kamis, 18 Januari 2024. Sebelum diberangkatkan, disemayamkan di Gereja Mauatapaga Ende dalam bentuk Misa Arwah untuk keselamatan arwah Mama Santus.
Berangkat pukul 06.30 dari Ende tiba pukul 17.00 di Dalong. Dijemput secara adat di ujung kampung dengan seekor ayam jantan. Terus diterima secara adat di depan rumah di Dalong oleh Tua Golo Dalong dan para tetua adat dalam satu kampung. Isak tangis pecah pada waktu jenazah masuk dan disemayamkan dalam rumah
Seperti disinggung di atas, Ibu Sri Murni mencintai Uniflor sampai mati. Bayangkan, selama 10 tahun (1999–2009) saya pindah dari Ende ke Kupang karena terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi NTT. Saya ajak dia pindah ke Kupang. Dia tidak mau. Katanya, ada janji dengan Bapak Ema Gadi Djou, Ketua Umum Yapertif. Memang Bapa Ema Gadi Djou yang mengirim Ibu Sri ambil S-2 di Undana Kupang.
Dia tetap di Ende dan dengan setia menjadi dosen di FH Uniflor. Selama 10 tahun dia sendiri yang mengurus tiga orang anak di Ende, dari TK, SD, sampai SMP. Dia yang lebih banyak mendidik anak-anak sejak kecil dibandingkan dengan saya.
Di Uniflor Ibu Sri telah memegang beberapa jabatan, mulai dari Wakil Dekan, Dekan dua periode, Wakil Rektor 2, Kepala Lembaga Penelitian, dan terakhir Kepala Penjaminan Mutu FH Uniflor. Jabatan akademiknya Lektor Kepala/IVa.
Kini Ibu Christiana Sri Murni telah meninggalkan kita. Meninggalkan seorang suami dan tiga anak lelakinya, yakni Krisantus Sehandi (Notaris di Labuan Bajo), Krispinus Sehandi (Praktik Dokter Hewan di Kupang), dan Krisogonus Sehandi (PNS Dinas Perumahan di Ende).
Ibu Sri Murni juga telah meninggalkan tetangga dan sahabat-sahabat semua yang baik hati di Lorong Bitta Beach, KUB Maria Fatima, Lingkungan XIII Paroki Mautapaga Ende, dan sivitas akademika Uniflor.
Ibu Sri Murni juga telah meninggalkan banyak anggota keluarga, sanak famili, dan sahabat kenalan di Bantul, Yogyakarta, di Dalong, Labuan Bajo, di Ende, di Kupang, dan di Semarang.
Sebagai suami dan juga atas nama tiga anak, satu anak mantu, dan dua orang cucu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua penjasa yang banyak sekali dan penuh perhatian.
Para penjasa telah memberi dengan tulus dan ikhlas dukungan doa, tenaga, pikiran, moral, dan material dalam melancarkan berbagai urusan dalam seluruh rangkaian acara kematian Ibu Sri Murni ini, baik acara adat, acara keluarga, dan acara agama Katolik, baik di RSUD Ende, di rumah Lorong Bitta Beach di Ende, di Dalong, Labuan Bajo.
Terima kasih kepada Yayasan Perguruan Tinggi Flores (Yapertif) dan kepada Universitas Flores yang telah mempercayakan Ibu Sri Murni mengabdikan hidupnya di Uniflor selama 34 tahun.
Terima kasih kepada rombongan Uniflor yang ikut menghantar jenazah Ibu Sri Murni dari Ende sampai Dalong, Labuan Bajo, yang dipimpin langsung Ketua Yapertif, Bapak Lori Gadi Djou dan Wakil Rektor 3 Uniflor, Bapak Stef Tupen Witin.
Terima kasih kepada para imam yang memimpin doa untuk keselamatan arwah Ibu Sri Murni. Pater Avent Saur, Pater John Balan dari Uniflor, Romo Ivan dan Romo Egi Parera dari Paroki Mautapaga, Ende, Pater Marsel Barus dan Pater Flori dari Paroki Longgo-Dalong.
Terima kasih kepada keluarga besar Ikatan Keluarga Manggarai (IKM) di Ende, Ikatan Keluarga Komodo (IKK) di Ende, dan berbagai ikatan keluarga yang terkait.
Masih banyak sekali anggota keluarga, sahabat kenalan, dan sanak famili yang telah berjasa dan telah memberi dukungan dengan tulus dan iklas, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Doa dan harapan kami sekeluarga yang ditinggalkan, kiranya Tuhan yang Mahabaik dapat membalas semua dukungan dan niat baik para penjasa yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terima kasih kepada para netizen yang turut memberi ucapan turut berduka dan memberi peneguhan lewat berbagai platform media sosial yang baru beberapa hari ini saya buka dan baca satu per satu.
Semoga Ibu Christiana Sri Murni dapat melihat dan memperhatikan satu per satu para penjasa yang baik hati ini dari dunia seberang sana. *
Ende, 9 Februari 2024
Jangan lupa baca berita menarik dari Oke Bajo di Google News