Okebajo.com – Pada tanggal 9 Desember 2020, sejarah politik Nusa Tenggara Timur mencatat momen menarik dalam pemilihan bupati dan wakil bupati untuk periode 2021-2025. Di 9 kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), termasuk Kabupaten TTU, Belu, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat, Manggarai Barat, Sabu Raijua, dan Malaka, terjadi pertarungan sengit antara pasangan calon petahana dan pendatang baru.
Yang paling mencuri perhatian adalah kekalahan para kandidat petahana yang mana tidak satu pun calon petahana yang menang dalam pertarungan head to head.
Berdasarkan data yang dilansir dari situs resmi Komisi Pemilihan Umum pilkada2020.kpu.go.id, Di Kabupaten Belu, misalnya, pasangan petahana Wilibrodus, S.H – Drs. J.T Ose hanya kalah tipis dengan perolehan suara 49,8% berbanding 50,2% untuk pasangan pendatang baru dr. Taolin Agustin dan Aloysius Haleswrens.
Hal serupa terjadi di Kabupaten Manggarai, di mana pasangan petahana Drs Deno Kamelus, S.H., M.H – Drs. Victor Madur hanya mampu meraih 39,3% suara, sementara pasangan Heribertus G.L Nabit dan Heribertus Ngabut memenangkan hati pemilih dengan 60,7% suara.
Kisah menarik lainnya terjadi di Kabupaten Malaka, di mana pasangan petahana dr. Stefanus Bria Seran dan Wandelinus Taolin tersingkir tipis dengan 49,5% suara, sementara dr. Simon Nahak dan Louise Lucky Taolin meraih 50,5% suara.
Tak ketinggalan, di Kabupaten Sumba Timur, pasangan petahana Umbu Lili Pekuwali dan Yohanis Hiwa Wunu juga harus mengakui keunggulan pasangan Kristofel Praing dan David Melo Waduh dengan perolehan suara 57,2%.
Keberhasilan para calon pendatang baru ini menandai perubahan dinamika politik di NTT, di mana elektorat dengan tegas menyuarakan dukungan mereka kepada kandidat yang dianggap mampu membawa perubahan positif bagi daerah mereka. Pilkada ini tidak hanya mencerminkan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam menentukan masa depan politik daerah, tetapi juga menggambarkan semangat perubahan yang terus mengalir di dalam masyarakat NTT.**