Labuan Bajo, Okebajo.com – Suasana politik di Manggarai Barat semakin memanas menjelang Pilkada 27 November 2024. Ratusan mantan Tenaga Kontrak Daerah (TKD) yang dirumahkan oleh Bupati Edistasius Endi kini menyatakan komitmen penuh untuk memenangkan pasangan Mario-Richard.
Dukungan ini bukan sekadar formalitas politik. Bagi para mantan TKD, ini adalah bentuk perlawanan yang lahir dari pengalaman pahit mereka sebagai korban kebijakan yang dianggap merugikan kesejahteraan dan masa depan mereka.
“Kami tak hanya mendukung, kami akan berjuang untuk memenangkan Mario-Richard sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang kami alami,” ujar Paulus Ganor selaku koordinator dari gerakan TKD yang dirumahkan.
Keputusan merumahkan ratusan tenaga TKD di Manggarai Barat oleh Bupati Edistasius Endi, yang kala itu didasari alasan keterbatasan keuangan daerah, menimbulkan luka mendalam bagi mereka yang terdampak. Pada Desember 2021, surat dengan nomor BKPPD.870/536/XII/2021 dikeluarkan, memerintahkan seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk tidak mempekerjakan tenaga TKD hingga ada keputusan resmi dari bupati.
“Kebijakan ini tidak hanya menghancurkan kehidupan kami, tetapi juga mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Kami dipecat tanpa alasan yang jelas, sementara sebagian lainnya tetap bekerja dan bahkan ada tenaga kontrak baru yang masuk. Ini adalah tindakan yang melukai hati kami,” kata Paulus, Rabu (25/9) siang.
Yang lebih mencengangkan, kebijakan lain dari Bupati melalui Surat Keputusan nomor BKPPD.814/323/VII/2021 membuat para TKD harus menerima pemotongan honorarium yang sangat drastis. Dari total 2.339 TKD yang sebelumnya menerima gaji Rp 1.950.000, mereka dipaksa bertahan dengan hanya Rp 900.000 per bulan. Pengurangan yang begitu signifikan ini membuat banyak TKD jatuh ke dalam kesulitan finansial.
Menurut Paulus, bukan hanya pemecatan yang sepihak, tetapi juga pemotongan gaji yang drastis.
“Gaji kami yang tadinya Rp 1.950.000 dipotong hampir setengahnya menjadi Rp 900.000. Tidak ada penjelasan, tidak ada pembelaan. Kami merasa diperlakukan seperti bukan manusia,” ungkapnya.
Tidak heran, keputusan ini menjadi pemicu utama bagi banyak mantan TKD untuk berbalik mendukung Mario-Richard.
Bagi mereka, pasangan ini dianggap mampu memberikan harapan baru bagi kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan.
Mereka kini menaruh harapan besar pada pasangan calon nomor urut 1, Christo Mario Y. Pranda dan Richardus Tata Sontani (Mario-Richard), yang dianggap sebagai simbol perubahan dan harapan baru di Pilkada Mabar 27 November 2024.
Paulus juga mengecam ketidakadilan dalam penerapan kebijakan tersebut. Menurutnya, sebagian TKD diberhentikan, sementara yang lain tetap dipekerjakan, bahkan ada tenaga kontrak baru yang masuk.
“Jika memang mengikuti aturan, mengapa hanya sebagian dari kami yang dipecat? Ada kesan pilih kasih dalam kebijakan ini, dan itu sangat melukai hati kami”, tambahnya.
Manggarai Barat, salah satu kabupaten dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar di Nusa Tenggara Timur, seharusnya mampu menopang biaya tenaga kontrak. Namun, kebijakan Bupati Edi justru membuat TKD menjadi korban dalam proses pembangunan yang terus melaju.
“Saat daerah ini semakin berkembang pesat, mengapa kami justru yang dikorbankan? Kebijakan ini sama sekali tidak masuk akal dan hanya memperburuk kehidupan kami,” ujar Paulus.
Selain itu, Robertus B. Adan, yang akrab disapa Robi, juga menyuarakan kekecewaan yang mendalam. Dia merasa sangat kecewa dengan kepemimpinan Edi-Weng yang dinilai tidak manusiawi.
“Kebijakan merumahkan sebagian TKD tanpa dasar adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Kami diperlakukan seolah bukan manusia,” ungkap Robi.
Robi juga mempertanyakan ke mana uang hasil pemotongan gaji para tenaga kontrak itu dialokasikan.
“Jika benar keuangan daerah sedang krisis, lebih baik semua TKD dihapuskan. Tapi kenyataannya, ada yang dipecat, ada yang tetap dipekerjakan. Ini sangat tidak adil”, tegasnya.
Kini, dukungan penuh terhadap pasangan Mario-Richard menjadi harapan baru bagi para TKD yang merasa terpinggirkan. Bagi mereka, pasangan ini adalah simbol perubahan dan harapan baru yang diharapkan mampu membawa solusi nyata, bukan hanya janji kosong.
“Kami, 600 TKD, mendukung Mario-Richard bukan hanya karena rasa kecewa terhadap kebijakan Edi-Weng, tetapi karena kami percaya bahwa mereka akan membawa perubahan yang sesungguhnya,” tegas Paulus. ***