Oleh: Yohanes Don Bosco Pampung*
Opini, Okebajo.com – Almarhum dr. Muhammad Hatta berulang kali dalam tulisannya mengutip kata bersayap pujangga Jerman, Johann Kristoph Friederich Von Schiller: Eine Grosse Epoche hat das Jahrhundert Geboren, aber der Grosse Moment findet ein kleines Geschlecht (Abadnya abad besar yang melahirkan zaman besar, namun sebesar ini hanya mendapatkan/menemukan manusia kerdil (Jakob Oetama, Indo8nsinya sebagai agen perubah. Hemat saya, moment ini (Sumpah Pemuda-baca) merupakan salah satu moment historis bangsa Indonesia dalam menentukan visi dan misi besar bangsa Indonesia yaitu Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.
Zaman Besar Mencapai Puncaknya Pada Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 kita semua mengetahui bahwa Sumpah Pemuda lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 jauh sebelum Indonesia merdeka. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh semangat juang para tokoh pemuda. Sesungguhnya peristiwa ini merupakan perubahan besar bagi bangsa Indonesia karena menjadi salah satu tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Kita bersepakat bahwa perubahan besar yang terjadi adalah perubahan yang berlangsung sejak permulaan atau awal abad ke XX dan mencapai puncaknya pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam perjalanan sejarah itu tampil tokoh-tokoh Indonesia yang lebih banyak kita kenal sebagai the founding fathers, para pendiri Republik, para bapa bangsa. Sebutan founding fathers tidak terbatas pada seorang sosok tetapi sekaligus mewakili visi, pemikiran, aliran dan generasi, serta kelompok atau golongan.
Perubahan besar itu pertama-tama menyangkut komitmen untuk membebaskan bangsa Indonesia dari sistem kolonial Belanda. Salah satu agenda utama yang mereka pikirkan saat itu adalah kemerdekaan bangsa Indonesia. Ada aneka visi, pemikiran yang harus mereka geluti dan pilihan-pilihan lain seputar cara untuk membebaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman Penjajah Belanda. Mereka merupakan buah pergulatan lama, bertahun-tahun, dan berdasawarsa. Selain mereka mengggali dari bumi Indonesia, mereka juga mempelajari pengalaman-pengalaman dari bangsa-bangsa lain.
Mereka menekuni secara kritis reflektif aliran-aliran besar pemikiran dunia barat maupun timur. Kita telah merasakan kemerdekaan bangsa Indonesia berkat perjuangan para pendahulu kita. Indonesia memiliki pandangan hidup, visi dan sendi-sendi dasar. Kita juga menikmati aneka pemikiran (pokok-pokok pikiran) menyangkut kehidupan politik, sosial, ekonomi, serta pergulatan antarbangsa. Kita ingat para tokoh Sumpah Pemuda antara lain Muhammad Yamin, Soegondo Djojopoespito, Wage Rudolf Soepratman, Djoko Marsaid, Kartosoewirjo dan masih banyak lagi.
Zaman yang mengantarkan bangsa Indonesia merdeka adalah zaman yang besar. Zaman yang besar itu bukan seperti keluhan pujangga Schiller menemukan orang-orang kerdil, tapi menemukan orang-orang besar. Para bapak pendiri Republik Indonesia adalah sosok-sosok besar yang sanggub dan berhasil menjawab tantangan zamannya. Mereka adalah Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, Sutan Sjaharir, Prawoto dan masih banyak lagi. Bagaimana situasi bangsa Indonesia setelah zaman besar ini?
Zaman Orde Baru: Sejarah sebagai Pengalaman
Banyak orang mengklaim bahwa sejarah Orde Baru merupakan pengalaman para pemenang. Sejarah yang ditulis, dipahat berisikan kisah-kisah keberhasilan sang otoriter dan antek-anteknya. Sang otoriter meningkatkan pamornya dengan kampanye citra kepahlawanannya sepanjang karier militernya. Dia selalu mengklaim diri sebagai tokoh pejuang ’45 yang berjasa besar pada bangsa dan Negara melalui pelbagai perjuangan. Kita mengenal dalam sejarah perjuangan bangsa (pelajaran di sekolah menengah), serangan umum 1 Maret 1949, menangkal kudeta berdarah 1965 yang diaktori oleh Partai Komunis Indonesia dan pemegang sahih Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) yang sukses mengendalikan keamanan bangsa dan Negara pada tahun1965/ 1966.
Soeharto mengklaim diri bahwa dia memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.. Tak satu pun pihak yang sanggub mencegah perjalanan sang otoriter. Soeharto menjadi sangat berkuasa selama 32 tahun.
Sejarah adalah ingatan kolektif. Ingatan ini dapat dituturkan dalam kisah, dipahat pada batu, dilantunkan dalam lagu, diteruskan dalam penamaan generasi penerus atau juga dalam penulisan buku harian atau ulasan sejarah. Di dalam bentuk-bentuk ingatan ini kita menemukan jejak dari apa yang pernah terjadi. Kita kerapkali melihat paradoks dalam penulisan sejarah.
Konsep tentang sejarah seringkali mengabaikan mereka yang sama sekali tidak sanggup meninggalkan sesuatu yang berkesan, mereka yang kalah dan mati dalam sejarah yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menghadirkan diri ke masa kini. Hal ini terjadi karena jejaknya telah dihapus sebab kisahnya telah ditutup rapat-rapat.
Dalam kenyataan, mereka yang sanggub meninggalkan jejak dalam sejarah adalah para pemenang, sementara yang kalah terhapus dari ingatan sejarah. Paham historisisme tidak sanggub menyadari perbedaan besar dan mendasar yang terkandung di dalam kenyataan sejarah seperti ini.
Anggapan dasar bahwa semua peristiwa meninggalkan jejak dan dapat ditangkap dalam telaah historis sesudahnya, sebenarnya adalah requiem kematian kekal tanpa haleluya kebangkitan bagi semua yang tak berdaya. Semua yang tersembul, yang meninggalkan bukti dan jejak, akan diperhatikan dan ditelaah.
Situasi Dewasa Ini
Kita kembali pada tibanya zaman besar yaitu seputar perubahan, pergolakan, tantangan, tetapi sekaligus juga kesempatan dan kemungkinan. Pada titik ini, kita teringat lagi akan isyarat bapa Pendiri Republik ini (Muhammad Hatta) lewat kata bersayap pujangga Jerman, Johan Christoph Friederich Von Schiller, zaman besar menguak. Bagaimana dengan situasi dewasa ini? Kita bersepakat bahwa kita berada pada zaman besar, tetapi siapakah yang hidup di zaman besar itu, manusia kerdil atau manusia besar?.
Dewasa ini kerapkali kita mendengar kasus dugaan korupsi dan aneka tindak kejahatan lainnya yang selalu menghiasi media massa. Ada begitu banyak kisah pejabat mafia atau tidak profesional. Para elite politik lebih memikirkan urusan sendiri dan kelompoknya daripada urusan orang banyak dan bangsa. Kita hidup dalam alam terbuka dan sudah pasti alam pertanggungjawaban.
Kaum elite menduduki jabatan atau posisi publik, resmi atau tidak resmi. Siutasi dewasa ini sudah tentu sangat berbeda dengan zaman bapa pendiri Republik Indonesia. Sejarah pergulatan dan perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu menghasilkan banyak manfaat untuk masyarakat Indonesia.
Generasi Muda : Agen Perubah dan Harapan Bangsa
Perubahan ke arah yang lebih baik telah menjadi mimpi bangsa ini. Masih segar dalam ingatan kita berkaitan dengan berbagai slogan bangsa ini antara lain “Menuju Indonesia Baru, Indonesia Hebat, Revolusi Mental, Indonesia Maju” dan aneka slogan lain selalu diserukan.
Berbagai usaha ditampakkan kendati belum menghasilkan kebaruan yang signifikan. Bangsa Indonesia terus dililit masalah, tapi ada sesuatu yang dilupakan dan juga mesti diingatkan terus yang merupakan salah satu kunci perubahan itu yaitu generasi muda. Ataukah generasi muda melupakan dirinya akan tanggung jawabnya? Ya, sesungguhnya berbicara tentang peran pemuda merupakan sesuatu pengulangan yang terus-menerus.
Dengan pengulangan, orang akan memahami sesuatu secara mendalam dan tentu pada gilirannya menjadikan itu sebagai miliknya Pemberdayaan orang muda menjadi fundamental bagi perjuangan menuju Indonesia Maju, Indonesia Hebat atau apa pun nama atau bentuknya. Salah satu penyebab kegagalan bangsa dewasa ini adalah karena bangsa Indonesia tidak pernah belajar dari sejarah. Sebab sejarah telah membuktikan bahwa orang muda berpotensi menjadi pelaku perubahan. Dalam titik balik sejarah perpolitikan, peranan orang muda sangat menentukan.
Masa depan Indonesia yang lebih baik bertumpuh pada generasi muda sekarang. Orang muda sekarang inilah pemilik Indonesia masa depan. Mereka mesti diberdayakan dengan pendidikan nilai. Sebab kalau orang muda berubah maka Indonesia akan berubah.
Sejarah mencatat kiprah besar generasi muda sebagai generasi perubah. Sumpah Pemuda yang kita kenang setiap tanggal 28 Oktober merupakan satu momentum historis yang berdaya transformatif dan mencatat hasil gemilang berupa kesatuan bangsa Indonesia yang diejawantahkan dalam semboyan bersama: satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air yaitu Indonesia. Kiprah kaum muda dalam kancah perpolitikan Indonesia tidak saja berhenti pada zaman lampau.
Generasi muda tidak hanya berbangga dengan kesuksesan historis masa lampau, melainkan tetap menunjukkan taringnya dan sukses memainkan peran besar sebagai agen perubah. Situasi dewasa ini yang kita rasakan juga tidak terlepas dari peran besar generasi muda bangsa ini.
Sekarang apa yang diharapkan dari generasi muda kita? Masih adakah perubahan yang mereka bawa? Generasi muda akan selalu tampil sebagai agen perubah. Mereka akan tampil sebagai antitesis dari kemapanan yang sekarang ada. Generasi muda yang kita harapkan adalah tentu para mahasiswa yang senantiasa berpikir kritis, memikirkan platform baru atas tatanan yang sekarang ada dan dirasa tidak becus mengurus kehidupan bersama ini.
Dalam konteks ini para mantan mahasiswa (Kaum muda yang sedang mengabdi di tengah masyarakat), tentu suara kekritisan kembali digugat seperti halnya tak kala masih aktif di dunia kampus. Ataukah suara itu hanya bergaung dan bergelegar hanya masih di lingkungan kampus dan setelah mengabdi di tengah masyarakat, semuanya hilang? Masa depan bangsa Indonesia kini ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia generasi mudanya, karena yang sekarang ada akan pamit dari hingar bingar politik bersamaan semakin usurnya usia dan makin karatnya pemikiran mereka. Sebagai generasi muda, marilah bersatu membangun tekad untuk mengubah masa depan bangsa ini ke arah yang lebih baik dengan terus meningkatkan mutu sumber daya manusia kita.
Selain itu tentu kita semua bersepakat bahwa Sumpah Pemuda bukan cuma cerita masa lalu yang harus dikenang, tapi juga nilai yang bisa kita pegang di era sekarang.
Di era digital, kita punya lebih banyak pilihan buat bersatu dan berkarya sesuai gaya kita sendiri. Saatnya Kaum Muda mesti memaknai Sumpah Pemuda dengan cara kita, tetap solid, kreatif, dan bangga jadi bagian dari Indonesia. Misalnya dengan membuat Konten Positif dan Inspiratif yang bermanfaat bagi orang lain.
Penutup
Setiap zaman adalah milik anak zamannya. Dan zaman itu sendiri adalah rangkaian periodik yang tersusun antara waktu masa lampau, masa kini dan masa depan. Masa lampau adalah yang telah lewat. Kita berada di puncak sejarah kekinian dan sedang memersiapkan diri untuk meracik dan merancang masa depan. Cerita keberhasilan masa kini sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh masa lampau. Dan masa depan kita masih rancang sekarang ini. Kisah kesuksesan yang masih dalam pengharapan di masa datang merupakan upaya yang sedang kita bangun sekarang ini.
Pengalaman berbangsa dan bernegara Indonesia membuktikan keterjalinan kisah dalam sejarah tiga masa itu. Kita tidak bisa menghirup udara bebas sebagai anak bangsa yang bebas tanpa perjuangan gigih para pendiri republik ini. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita sebagai kaum muda, yakni bagaimana kita memersiapkan diri secara baik agar masa depan kualitas generasinya lebih menjanjikan. Kita pun tidak bisa membebaskan diri dari tanggung jawab ini. Masa depan ada di tangan kita. Kesuksesannya ada dalam kiprah kita sekarang.Selamat Hari Sumpah Pemuda untuk Kita Semua….
*) Penulis adalah sewotaang ASN di Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Manggarai Barat.











