Di Pertigaan Itu
Kalian merindu recehan
Piluh dan air mata tak Sudi dibedakan
Pada pundakmu ada harapan untuk pulang
ke rumah lalu tertawa bersama
Di pertigaan Itu
Kalian duduk menanti senyum
Pada ragamu ada hasrat memeluk hasil
Biar peluhmu pergi bersama waktu
Lalu pulang ke rumah
dan tertawa bersama Rindu
yang menyapamu
Wua Ta’a
Entah mengapa?
Kita sudah di tahap ini
Lantaran sirih belum berbunga
Dan pinang belum berbuah
Kita masih yang satu
Dipadukan dalam wua ta’a
Lalu kita abadi
Bersama taser yang ke sekian
Dominggo
Lembar masih baru di jala
Namun hati sudah parau
Ini pertanda antara kamu dan Dia
Belum bersua dengan rasa
Lembar masih baru
Namun akal sudah sirna
Ini pertanda bahwa kamu dan Dia
Masih jauh