OKEBAJO || Karya Misi di Manggarai Barat : dari Status Stasi menuju Keuskupan
Misi Gereja Katolik di Keuskupan Labuan Bajo memiliki akar sejarah pada karya para Imam Dominikan dan saudagar Katolik asal Portugis pada tahun 1630 di Flores Timur dan Pulau Solor.
Setelah itu misionaris Yesuit melanjutkan karya Misi di Flores dari tahun 1859-1914, sebelum diserahkan kepada Kongregasi Sabda Allah (SVD). Dari Timur Pulau ini, karya Misi menyebar ke seluruh Flores.
Sejak lama para Misionaris mengunjungi secara tetap wilayah Manggarai Barat. Mereka mengadakan patroli pastoral pada saat-saat tertentu ke wilayah barat Pulau Flores ini. Baru pada awal abad ke-20 secara struktural ditetapkan Misi permanen di wilayah ini.
1. Perfektur Apostolik Sunda Kecil 1913
Pada 17 Mei 1912, seorang Misionaris Yesuit, Pater Looijmans, SJ membaptis lima orang Manggarai pertama di Jengkalang, Reo. Hari bersejarah itu tercatat dengan tinta emas sebagai tonggak sejarah awal Gereja Katolik di Manggarai Raya.
Kemudian pada 14-19 Juni 1911, Pastor Engbers SJ, Pastor tetap untuk Sikka. Dari sana Ia menumpang kapal Kapten de Kock ke Labuan bajo.
Dia mengunjungi orang-orang Katolik asal Larantuka yang bekerja sebagai penyelam mutiara. Pastor Engbers mempermandikan anak-anak kecil orang Larantuka di Labuan Bajo. Namun, nama-anak mereka tidak tercatat.
Pada tahun 1912 mendirikan Sekolah Rakjat Laboen Badjo yang menjadi sekolah rakyat pertama untuk Manggarai Raya.
Secara umum, periode karya Misionaris Yesuit merupakan masa evangelisasi secara sporadis di Manggarai Barat. Mereka mengadakan kunjungan ke Labuan Bajo sebagai wilayah pesisir tetapi tidak masuk ke bagian pedalaman.
Gereja Katolik di Manggarai Raya pada awal mula merupakan bagian dari Perfektur Apostolik Kepulauan Sunda Kecil.
Takhta Suci mendirikan Prefektur ini pada tanggal 16 September 1913. Wilayahnya meliputi Nusa Tenggara sekarang ini, minus Pulau Flores.
Pater Petrus Noyen, SVD diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama dan berkedudukan di Lahurus, Halilulik, Timor. Dia sendiri mendarat di Atapupu, Pulau Timor pada 20 Januari 1913 dan segera berkeliling untuk mewartakan Injil.
Flores sendiri baru dimasukkan dalam Perfektur ini pada tanggal 20 Juli 1914. Sejak saat itu Pater Noyen berkeliling Flores termasuk ke wilayah Manggarai Barat.
Kunjungan Pastoral
Kunjungan pastoral pertamanya ke Flores bagian Barat terjadi pada bulan Oktober 1914, saat beliau melayani umat di Reo, Labuan Bajo dan Ruteng. Pada bulan November 1915, Pater Noyen kembali mengunjungi wilayah Manggarai.
Atas pertimbangan strategi Misi yang brilian, sejak 14 Mei 1915 Pater Noyen memindahkan pusat misi dari Lahurus Timor ke Ndona (Ende), Flores. Di Pulau Bunga ini, selain melakukan pastoral turne, Pater Noyen mengembangkan karya pastoral Pendidikan.
Selain Pater Noyen, Misionaris SVD yang pada masa awal berjasa besar menyebarluaskan iman Katolik di wilayah Flores adalah Pater Willem Baack, SVD.
Dari Larantuka, beliau bermisi ke wilayah Manggarai dari arah Timur Wae Mokel, Borong, Sita dan tiba di Ruteng pada tanggal 23 Agustus 1915.
Kemudian dia mengunjungi Reo, Pota dan Labuan Bajo. Selain merayakan Ekaristi, membaptis umat, dan memberkati perkawinan, Pater Baack mengadakan inspeksi ke sekolah-sekolah Katolik di Manggarai.
Kunjungan berikutnya dia lakukan pada tahun 1917-1918.
Kunjungan Misi sesaat seperti itu, tentu tidak cukup untuk mengakarkan dan menumbuhkan iman Katolik. Karena itu setelah era pastoral torne, para Misionaris SVD mulai mendirikan pusat-pusat Misi di wilayah Manggarai Raya.
Ruteng menjadi pusat Misi sekaligus sebagai Stasi induk yang pertama, sejak P. Bernhard Glanemann, SVD menetap pada tanggal 23 September 1920. Tanggal ini menjadi berdirinya Misi di Manggarai Raya.
Pusat Misi di wilayah tengah Manggarai Raya ini kemudian perluas lagi ke barat dan ke timur.
Tanggal 6 Maret 1921, Pater Willem Janssen, SVD tiba di Manggarai dan membangun pusat Misi atau Stasi di Lengko Ajang, Manggarai Timur.
Selanjutnya, Pater Franz Eickmann, SVD tiba di Rekas pada tanggal 6 April 1924 dan mendirikan pusat misi atau Stasi untuk wilayah Manggarai Barat. **
Bersambung…
*) Penulis, Fransiskus Ndejeng (Seksi HAK Dewan Pastoral Paroki Roh Kudus Labuan Bajo dan Yosef Min Palem (Sekretaris Dewan Pastoral Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo) dan Marsely Abi.