Lensa Hari Pers Nasional, Wartawan “Seko Ajo”

Avatar photo
Permainan tradisional "Seko Ajo" di Desa wisata Seribu Air Terjun Wae Lolos memeriahkan Hari Pers Nasional ke-78. Foto/Robert Perkasa

Labuan Bajo, Okebajo.com,- Satu-satunya jenis permainan tradisional yang tidak membutuhkan wasit. Yang jadi wasit dalam permainan ini adalah Ajo itu sendiri. Keputusan subyektifitas wasit yang disebut kecurangan dalam produk permainan modern, sepak bola misalnya, tidak pernah ada dalam permainan rakyat tradisional Seko Ajo.

Kata kunci yang menentukan kalah atau menang dalam permainan rakyat ini ; lepes (menggelepar) dan toros (berdiri tegak lurus).

Salah satu agenda liputan teranyar adalah bermain “Seko Ajo” dan “Gena Welu”, dua dari sekian banyak permainan tradisional masyarakat Manggarai pada umumnya, khususnya masyarakat Kempo yang punah tergerus arus masa kini.

Setelah seruput kopi pagi di rumah gendang, para wartawan turun ke halaman rumah adat. Menyambut mentari pagi (sunrise) yang sedang merekah. Menghangatkan tubuh  sembari menyaksikan warga bermain Seko Ajo dan Gena Welu di halaman rumah adat.

Seko Ajo

Ajo adalah salah satu jenis tali (wase ajo) yang tumbuh di hutan. Tali Ajo ini berbuah dan buahnya dinamakan Ajo. Buah  Ajo yang digunakan untuk permainan  seko Ajo adalah buah Ajo sudah matang dan berwarna cokelat-hitam berbentuk lempeng.

Seko artinya serong/menggeser. Seko Ajo artinya menyerong/menggeser buah Ajo.

Permainan tradisional ini bisa dilakukan secara beregu dan tunggal. Jumlah pemain Seko Ajo biasanya dua orang dalam regu atau satu lawan satu. Satu pemain hanya menggunakan satu Ajo.

Permainan tradisional “Seko Ajo” di Desa wisata Seribu Air Terjun Wae Lolos memeriahkan Hari Pers Nasional ke-78. Foto/Robert Perkasa

Cara bermain Seko Ajo

Sebelum bermain, para pemain sepakat menentukan garis start, jarak dan garis finish atau titik Ajo dipasang.  Seko Ajo dilakukan secara bergilir ; Satu menyerang dan satu bertahan. Setiap pemain masing-masing menyerong Ajo dari garis start mengunakan ujung telapak kaki bagian depan. Seko Ajo dilakukan dua tahapan untuk  menentukan kalah atau menang.

Tahap pertama, pemain menyerong satu Ajo dari garis start hingga ajo lawan menggelepar (lepes). Bila itu belum terjadi lepes, maka giliran lawan menyerang. Jika ajo lawan lepes dalam sekali serong (seko), maka dilanjutkan dengan tahapan kedua, yaitu “tenang toros” (Ajo dipasang tegak lurus. Bila Ajo lawan berhasil membenturkan Ajo yang dipasang toros itu, maka dialah pemenangnya.

Permainan tradisional Seko Ajo ini tidak membutuhkan biaya seperti cabang olahraga sepak bola hari ini.
Pemain Seko Ajo tidak perlu kostum atau jersey dan sepatu. Buah Ajo juga tidak dibeli di toko.

Sayangnya, semua jenis permainan tradisional yang pernah ada, kini telah punah tergerus arus masa kini. Kita hari ini menggemari permainan modern yang semuanya bersinggungan dengan duit.

Sanggar Budaya “Todo Kongkol” yang diinisiasi oleh pecinta budaya Manggarai, Albertus Obat di Kampung Ndengo, Desa wisata Wae Lolos menghidupkan kembali berbagai jenis permainan tradisional seperti Seko Ajo, Gena Welu, Paki Mangka, dll.

Albert Obat menanggapi kunjungan para wartawan Manggarai Barat di Desa wisata Wae Lolos sebagai “Kole Beo” kembali ke kampung (back to cultur).

“Merayakan Hari Pers Nasional ke-78 bersama kami warga masyarakat di Desa wisata Wae Lolos ini adalah momentum “Kole Beo, Tana Kuni agu Kalo”, ujarnya.

Perkokoh eksistensi Desa

Senada, Ketua PWMB, Marselus Marsianus Pahun menjelaskan bahwa kehadiran mereka  di Desa tersebut membawa Desa Wae Lolos ke tengah arus perbincangan publik dan memperkokoh posisi Desa dalam ingatan kolektif masyarakat.

PWMB memberi ruang yang luas bagi warga Desa untuk berbicara, menyuarakan berbagai isu di lingkungan Desa dari sudut pandang Desa. Wartakanlah Desa agar tak ada yang mengabaikannya.

“Ini substansi refleksi PWMB sehingga memilih Kampung Langgo, Desa Wae Lolos menjadi lokasi strategis merayakan HPN ke-78 tahun ini bersama warga di sini”, kata Marselus. *

Jangan Lupa Baca Berita Menarik dari Oke Bajo di *Google News*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *