Labuan Bajo, Okebajo.com – Tuduhan terhadap Mario Pranda, calon Bupati Manggarai Barat, yang dianggap menyebarkan hoaks dan menciptakan polemik, telah menimbulkan reaksi dari berbagai pihak. Sergius Tri Deddy, Ketua Relawan Muda Mario Richard, bersama Asis Deornay dari tim hukum pasangan calon Mario-Richard, memberikan klarifikasi yang tegas atas tuduhan ini.
“Tuduhan ini keliru dan sarat dengan penggiringan opini, yang berpotensi merusak reputasi Mario Pranda, sosok yang selama ini dikenal sebagai politisi santun dan berkomitmen menjaga etika,” ujar Sergius.
Kasus ini bermula ketika foto yang diketahui dari internal Edi-Weng melalui grup WhatsApp “Edi Weng Poros Selatan,” yang berisi beberapa orang mengenakan kaos nomor urut 2 sambil memegang uang. Foto tersebut, yang juga menunjukkan beberapa orang mengangkat dua jari sebagai simbol dukungan untuk paslon nomor 02 Edi-Weng, pertama kali bocor dari internal tim Edi-Weng sendiri.
Haji Salawing, salah satu tokoh dalam foto tersebut, mengirimkan foto itu di grup tersebut, yang kemudian beredar luas dan sampai ke Mario Pranda lalu diteruskan ke grup WA “Anak Momang.”
Mario Pranda membagikan foto ini di grupnya untuk berdiskusi dan menelusuri kebenaran dari informasi yang telah lebih dulu tersebar luas di media sosial.
“Mario tidak menambahkan narasi atau membuat kesimpulan terhadap foto itu. Tujuannya hanya mengajak anggota grup berdiskusi, bukan menyebarkan berita palsu,” jelas Sergius.
Asis Deornay, tim hukum pasangan Mario-Richard, menambahkan bahwa tuduhan yang diarahkan kepada Mario seolah-olah dia bertanggung jawab penuh atas penyebaran foto dan isu politik uang adalah kesalahan yang serius.
“Tindakan Mario murni bertujuan untuk mencari kebenaran, dan bukan menyebarkan hoaks,” tambahnya.
Haji Salawing, yang terlihat dalam foto tersebut, yang diberitakan sejumlah media online di Labuan Bajo mengaku bahwa uang yang terlihat bukan untuk praktik politik uang, melainkan untuk membayar perahu motor kecil atau ketinting.
“Itu tidak benar. Itu uang untuk membayar ketinting,” kata Haji Salawing mengutib Beritafatartimur.com
Namun, sejumlah media telah memframing Mario Pranda sebagai pihak yang menyebarkan hoaks dan fitnah, tanpa memahami fakta sebenarnya.
Sergius juga mengkritik media karena tidak mengonfirmasi langsung kepada Mario sebelum menerbitkan berita, yang menyebabkan kesalahpahaman di masyarakat.
Sergius melihat adanya upaya untuk menggiring opini publik, yang menggambarkan Mario sebagai penebar fitnah. Penggunaan identitas keagamaan dan sosial sebagai alat politik, menurut Sergius, adalah bentuk politisasi sektarian yang berbahaya.
“Kami menduga ini adalah cara untuk merusak reputasi Mario dan menggalang simpati berdasarkan agama atau kelompok tertentu, yang sangat merugikan demokrasi kita,” tegasnya.
Sergius menyayangkan bahwa isu ini telah berlarut-larut dan menimbulkan polemik yang tidak berdasar. Ia berharap agar semua pihak dapat berpolitik dengan cara yang elegan dan mengedepankan etika.
“Fitnah seperti ini tidak hanya melukai pa Mario, tetapi juga menciderai iklim demokrasi kita,” ungkap Sergius.
Asis Deornay menegaskan bahwa Mario Pranda selalu berkomitmen untuk berjuang dengan bersih, bermartabat, dan menjaga etika dalam berpolitik demi terciptanya suasana demokrasi yang damai di Manggarai Barat.
Relawan Muda Mario Richard berharap agar seluruh pihak, termasuk media, tetap menjaga objektivitas dalam pemberitaan dan tidak membiarkan opini publik tergiring oleh narasi yang tidak berdasar.
Menurut Sergius, menggalang dukungan dengan cara sektarian bertentangan dengan semangat Pancasila dan berpotensi memecah belah masyarakat yang majemuk.
“Kami mengajak seluruh masyarakat Manggarai Barat untuk tetap mengedepankan persatuan dan kebersamaan,” pungkas Sergius.
Sergius berharap bahwa klarifikasi ini dapat membantu masyarakat memahami kebenaran serta mendorong terciptanya suasana politik yang jujur, adil, dan berintegritas. **