Labuan Bajo|Okebajo.com|Dua minggu menjelang pekan suci, sebagai bagian dari perwujudan ekonomi berkelanjutan, Seminari Yohanes Paulus II Kelas Persiapan Bawah (KPB) Ketentang, Desa Batu Cermin memproduksi pupuk bokasi sebanyak 5 ton.
Pupuk ini diolah dari kotoran kambing, babi, ayam serta daun gamal dan serbuk kayu.
Pengolahan pupuk bokasi ini dilakukan oleh 64 siswa Seminari Yohanes Paulus II KPB Ketentang menurut jam kerja secara bergilir dan dipandu oleh Rm. Beny Jaya.
Rm. Beny Jaya menjelaskan untuk fregmentasi pupuk ini menggunakan aktivator yang cepat, yakni MSG-3 (Maulana Says Green 3) hanya membutuhkan waktu 1 × 24 jam langsung jadi ketimbang menggunakan EM-4 yang proses pengomposannya sangat lamban.
“Aktivator EM-4 proses kerjanya lamban, membutuhkan waktu dua minggu hingga satu bulan. Namun aktivator MSG-3 yang dibuat oleh siswa Seminari Labuan Bajo hanya membutuhkan waktu 1 × 24 jam”, jelas Rm. Beny Jaya.
Ia jelaskan lagi, formula MSG 3 adalah bakteri aktivator pengurai yang pengomposannya 1×24 jam langsung jadi.
MSG 3 (Maulana Says Green 3) ditemukan oleh bapak Triyono Heru Susanto sejak tahun 2009.
“Kegiatan ini dibantu oleh 5 tenaga kerja full time dari luar Seminari. Siswa Seminari dilibatkan dalam pengumpulam daun gamal selama dua hari, pengambilan serbuk kayu, pengambilan kotoran hewan, baik dari kandang sendiri maupun dari kandang ternak milik masyarakat”, terang Rm. Beny Jaya.
Para siswa Seminari melakukan kegiatan sambil belajar (learning by doing) membuat pupuk bokasi dengan cepat.
Untuk memudahkan pencampuran bahan sebelum fregmentasi, para siswa menggunakan mesin cacah rumput sumbangan dari Pemkab Manggarai Barat beberapa tahun lalu dan juga mesin molen milik Seminari.
Mantan Kepala PSE Keuskuoan Ruteng, itu mengatakan bahwa pupuk bokasi selalin digunakan untuk kepentingan dalam lingkungan Seminari, juga dijual bagi siapa saja yang membutuhkannya.
“Rencana kita akan ditawarkan ke Satar Kodi, pusat pembibitan modern di Nggorang”, ujarnya.
Manfaat bagi siswa Seminari
Kepala Seminari KPB, Rm. Hermen Sanusi menyampaikan apresiasi kepada para siswanya.
Menurut Rm. Herman, kegiatan ini bernilai dan sangat bermanfaat bagi para siswa Seminari.
Rm. Herman menyebut beberapa manfaat yang diperoleh siswa Seminari KPB dalam proyek pembuatan pupuk bokasi ini.
Pertama, manfaat spiritual. Melalui proyek pupuk bokasi, anak-anak Seminari KPB belajar untuk selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kekayaan alam yang berguna untuk kehidupan manusia.
“Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk bokasi berasal dari alam yang masih asli. Contoh daun Gamal, serbuk kayu, kotoran ayam dan babi. Melalui kegiatan ini para siswa diajak untuk mengolah alam agar menjadi sesuatu yang lebih berguna bagi kehidupan”, ujar Rm. Herman.
Kedua, manfaat sosial. Semua aktifitas manusia tidak hanya bermanfaat secara individual tetapi juga bermanfaat secara sosial. Artinya, melalui proyek pembuatan pupuk organik ini siswa diajar agar hidup mereka berguna bagi orang lain. Selain itu mereka belajar bekerja sama demi suatu kemajuan bersama pula.
Ketiga, manfaat ekonomis. Kegiatan pembuatan pupuk bokasi mengajar siswa berwirausaha.
Keempat manfaat ilmu pengetahuan (knowledge). Melalui kegiatan ini para siswa mencoba mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat dalam setiap bahan dasar pupuk bokasi. Misalnya unsur kimia dan prosesnya.
“Jadi, proses pembuatan pupuk ini adalah sebuah literasi dan juga pengembangan ilmu pengetahuan”, terang Rm. Herman.
Kelima, manfaat misioner. “Kegiatan pembuatan pupuk bokasi adalah sebuah pewartaan Injil yang hidup, dan kiranya mereka dapat menularkan ini di tengah keluarga pada saat berlibur nanti”, jelasnya. *